Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan pemanfaatan media sosial (medsos) sebagai alat kampanye merupakan suatu bentuk revolusi komunikasi di ranah politik Indonesia. "Tidak dipungkiri, peran medsos berhasil meningkatkan elektabilitas sejumlah partai politik (parpol)," kata Emrus Sihombing di Jakarta, Senin (3/6).
Saat ini, kata dia, tidak lagi melihat kampanye terbuka yang mengerahkan massa besar-besaran. Di ranah media sosial, publik menyaksikan hiruk pikuknya kampanye untuk merebut hati warganet (netizen) sehingga memilih partai tertentu.
Baca Juga: 28 Juni MK Umumkan Putusan Gugatan Prabowo, Fitur Medsos Dibatasi Kembali?
Menurut dia, sejumlah parpol sudah sejak lama sadar akan pentingnya media sosial dalam mendorong elektabilitas partai. Ia menyebutkan di antara sekian banyak parpol di Indonesia, akun Facebook PDIP menjadi akun terlama, tepatnya sejak 2008, diikuti oleh Partai Amanat Nasional (8 tahun), dan Partai Keadilan Sejahtera (7 tahun).
Pada era disrupsi seperti saat ini, lanjut Emrus, kampanye terbuka dinilai sudah tidak efektif lagi karena selain menyedot anggaran yang luar biasa besarnya. Kehadiran massa yang begitu besar dalam sebuah kampanye terbuka bukanlah indikator kemenangan.
"Karena di balik keramaian massa yang disesaki beragam atribut, belum tentu terselip makna yang berarti," ujarnya.
Baca Juga: Pak Rudi Bakal Pelototi Medsos Saat Pengumuman Gugatan Prabowo
Kendati demikian, tambahnya, segencar atau seproduktif apa pun sebuah parpol berkampanye di media sosial jika parpol tersebut gagal menyampaikan ideologi atau pesan ke audiens, kampanye tersebut tetap akan sia-sia. "Jadi, konten sangat penting. Jangan sampai membuat konten yang cenderung negatif atau menjatuhkan parpol lain. Lewat medsos, parpol dapat menyuarakan gagasan dan visi dan misi mereka secara lebih komprehensif, bahkan berpotensi viral," ujarnya melalui keterangan tertulis.
Pengamat medsos Enda Nasution menuturkan media sosial memiliki dua fungsi, yakni fungsi komunikasi pada konstituen dan masyarakat luas untuk membangun kedekatan emosional serta fungsi sebagai wadah aspirasi rakyat. "(Medsos) tidak sekadar platform interaksi saja, tetapi juga untuk membangun branding, kekaguman pada suatu entitas, khususnya pada parpol," ujarnya.
Baca Juga: Saat Akses Medsos Dibatasi, Berapa WhatsApp yang Diblokir?
Selain prevalensi di ranah virtual, lanjut Enda, keunggulan atau kehadiran sebuah parpol di medsos tak terlepas dari beberapa faktor, yakni figur/kader partai, pemberitaan di media massa yang begitu masif dan primodialisme.
Peran medsos dalam mendongkrak elektabilitas parpol dibenarkan oleh Ketua Bidang Ekonomi Kreatif PDIP untuk periode 2015 s.d. 2020 Prananda Prabowo. Berdasarkan hasil real count KPU pada Pemilu 2019, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berhasil memuncaki daftar hasil rekapitulasi final pemilu anggota legislatif dengan peroleh suara 19,33 persen, diikuti oleh Gerindra (12,57 persen), Golkar (12,31 persen), PKB (9,69 persen), dan NasDem (9,05 persen).
Putra Megawati Soekarnoputri ini memprioritaskan media sosial sebagai alat kampanye utama partainya, mengingat besarnya peran media sosial dan juga masifnya pengguna internet di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: