Skizofrenia merupakan gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Skizofrenia menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Publik tengah dikejutkan oleh video seorang wanita yang masuk ke dalam salah satu masjid di Sentul, Bogor dengan kondisi marah-marah. Wanita yang menggunakan kemeja putih tersebut memasuki masjid dengan memakai sepatu dan membawa seekor anjing.
Baca Juga: Kasus Ibu Bawa Anjing ke Masjid, Menteri Syafruddin Berang
Namun, pihak keluarga melalui akun Instagram @christian_joshuapale telah melakukan konfirmasi dan permohonan maaf. Pihak keluarga mengakui bahwa wanita yang berinisial SM tersebut memiliki penyakit mental, yakni skizofrenia paranoid.
Sebenarnya, apa sih skizofrenia itu?
Mengutip dari Halodoc (1/7/2019), gangguan kejiwaan yang ditandai dengan gangguan pikiran, perilaku yang tidak normal, dan perilaku anti sosial disebut dengan skizofrenia. Penderitanya sering mengalami kesulitan dalam membedakan hal apa saja yang merupakan kenyataan dan khayalan.
Skizofrenia sering disamakan dengan psikosis, padahal keduanya berbeda. Psikosis merupakan salah satu gejala dari beberapa gangguan mental, di antaranya skizofrenia itu sendiri.
Lantas, apa gejala yang ditimbulkan oleh penderita skizofrenia?
Berdasarkan keterangan dari Alodokter, gejala awal skizofrenia umumnya muncul saat remaja. Oleh karena itu, gejala awal ini sering disalahartikan karena dinilai wajar terjadi di masa remaja.
Pada pria, gejala awal muncul di usia 15-30 tahun. Sedangkan pada wanita, gejalanya muncul di rentang usia 25-30 tahun.
Gejala awal yang ditimbulkan, di antaranya:
- Cenderung mengasingkan diri dari orang lain.
- Mudah marah dan depresi.
- Perubahan pola tidur.
- Kurang konsentrasi dan motivasi.
- Kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah.
Baca Juga: Lagi Viral, Pengurus Masjid Bantah Jadi Tempat Pernikahan Suami Pemilik Anjing
Setelah mengalami gejala awal, seseorang yang mengidap skizofrenia umumnya menujukkan gelaja lainnya yang terbagi atas dua, yakni gejala positif dan negatif.
Gejala positif mengacu pada perilaku yang tidak tampak pada individu yang sehat, meliputi:
- Halusinasi, perasaan mengalami sesuatu yang terasa nyata, namun sebenarnya perasaan itu hanya ada di pikiran penderitanya. Misalnya, merasa mendengar sesuatu, padahal orang lain tidak mendengar apapun.
- Delusi, atau waham adalah meyakini sesuatu yang bertolak belakang dengan kenyataan. Gejalanya beragam, mulai dari merasa diawasi, diikuti. Sebagian besar penderita skizofrenia mengalami gejala ini.
- Kacau dalam berpikir dan berbicara. Gejala ini dapat diketahui dari kesulitan penderita dalam berbicara. Penderita skizofrenia sulit berkonsentrasi, bahkan membaca koran atau menonton televisi saja sangat kesulitan. Caranya berkomunikasi juga membingungkan, sehingga sulit dimengerti oleh lawan bicaranya.
- Perilaku kacau. Perilaku penderita skizofrenia sulit diprediksi. Bahkan cara berpakaiannya juga tidak biasa. Secara tidak terduga, penderita dapat tiba-tiba berteriak dan marah tanpa alasan.
Sedangkan gejala negatif mengacu pada hilangnya minat yang sebelumnya dimiliki oleh penderita. Gejala negatif dapat berlangsung beberapa tahun, sebelum penderita mengalami gejala awal.
Gejala negatif umumnya muncul bertahap dan memburuk seiring waktu, di antaranya adalah:
- Respons emosional yang ganjil, seperti ekspresi wajah dan nada bicara yang tidak berubah (monoton).
- Sulit untuk merasa senang atau puas.
- Enggan bersosialisasi dan lebih memilih berdiam di rumah.
- Kehilangan minat dan motivasi pada berbagai aktivitas, seperti menjalin hubungan atau berhubungan seks.
- Pola tidur yang berubah.
- Tidak nyaman berada dekat orang lain, dan tidak mau memulai percakapan.
- Tidak peduli pada penampilan dan kebersihan diri.
Setelah mengetahui apa itu skizofrenia dan bagaimana gejalanya, ada baiknya Anda mengetahui apa penyebab yang bisa menimbulkan gangguan mental tersebut.
Masih dari sumber yang sama, sebenarnya penyebab skizofrenia belum diketahui secara pasti. Namun, skizofrenia dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko, seperti:
Baca Juga: Apa Itu Mentalitas Silo?
Faktor genetik
Seseorang dari keluarga penderita skizofrenia, 10% lebih berisiko mengalami kondisi yang sama. Risiko akan menjadi 40% lebih besar bila kedua orang tua sama-sama menderita skizofrenia. Pada orang yang memiliki saudara kembar dengan skizofrenia, risiko meningkat hingga 50%.
Faktor kimia otak
Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin berisiko menimbulkan skizofrenia. Dopamin dan serotonin adalah bagian dari neurotransmitter, zat kimia yang berfungsi mengirim sinyal antar sel-sel otak.
Komplikasi kehamilan dan persalinan
Sejumlah kondisi yang terjadi pada masa kehamilan diduga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak yang dilahirkan. Di antaranya adalah kekurangan nutrisi, paparan racun dan virus, preeklamsia, diabetes, serta perdarahan dalam masa kehamilan.
Komplikasi saat persalinan, juga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak. Misalnya kekurangan oksigen saat dilahirkan (asfiksia), berat badan lahir rendah, dan lahir prematur.
Selain faktor di atas, ada faktor lain yang merupakan faktor psikologi paling utama yang dapat memicu timbulnya skizofrenia, yakni stress.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: