Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Setelah Melambat, Pasar Asuransi Asia Diprediksi Lari Kencang Tahun Ini

Setelah Melambat, Pasar Asuransi Asia Diprediksi Lari Kencang Tahun Ini Kredit Foto: Reuters/Jacky Naegelen
Warta Ekonomi, Jakarta -

Allianz Research memproyeksikan volume premi asuransi global tahun lalu naik menjadi 3.655 miliar euro (tidak termasuk asuransi kesehatan). Dibandingkan dengan 2017, kenaikan yang telah disesuaikan dengan efek nilai tukar ini hanya tumbuh 3,3%.

Ini adalah tahun ketiga berturut-turut (atau ke-12 dari 15 tahun terakhir) bahwa pertumbuhan premi global tertinggal dari ekspansi kegiatan ekonomi (+ 5,7% pertumbuhan nominal pada 2018). Penetrasi asuransi (premi sebagai persentase dari PDB) telah turun menjadi 5,4%, terendah dalam 30 tahun terakhir.

"Kami dihadapkan pada situasi yang sulit," ujar Michael Heise, Chief Economist Allianz SE dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (10/7/2019).

Baca Juga: FWD MAX Kini Punya Fitur Baru, Urus Klaim Asuransi Enggak Ribet Lagi

Lebih lanjut, katanya, di satu sisi, risiko di dunia terus meningkat seperti perubahan iklim, demografi, siber atau politik, tetapi di sisi lain, orang-orang di seluruh dunia menghabiskan proporsi yang lebih kecil dari pendapatan mereka untuk asuransi.

"Diperlukan upaya bersama yang besar oleh politik dan industri untuk menutup 'celah perlindungan' ini," ungkapnya.

2018 juga merupakan tahun yang tidak biasa untuk Asia, di mana premi naik sangat sedikit, yaitu 2,3% di Asia (tidak termasuk Jepang). Ini merupakan kedua kalinya Asia tertinggal di belakang pertumbuhan global sejak pergantian milenium. Hasilnya pada 2018, Asia hanya menyumbang 16% dari pertumbuhan global (setelah 81% pada 2017).

Dia mengatakan, penyebab kinerja yang kurang maksimal ini mudah ditentukan, yakni menyusutnya pasar asuransi jiwa di China dan Korea pada 2018 yang menyumbang 40% dari total kumpulan premi regional (tidak termasuk Jepang). Di China, ini terutama disebabkan oleh penegakan peraturan terhadap perantara asuransi yang menjual produk wealth management.

"2018 tidak menandai akhir dari kisah pertumbuhan Asia," tambah Michaela Grimm, ekonom di Allianz Research.

Baca Juga: Prudential: Pasar Asuransi Syariah Indonesia Masih Blue Ocean

"Sebaliknya, pengawasan yang lebih ketat di China disambut baik, menandakan fase selanjutnya dari pembangunan yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Ditambah dengan kemajuan teknologi yang menakjubkan di pasar. Ini adalah pelopor yang jelas dalam penerapan AI atau solusi pembayaran inovatif. China adalah pasar yang harus diperhatikan. Ini adalah tempat terbaik untuk belajar tentang masa depan industri kita. 'Dijual di China' adalah standar emas baru dalam asuransi."

Oleh karena itu, Allianz Research memperkirakan tahun ini akan terjadi rebound di Asia (tidak termasuk Jepang), yang mendorong pertumbuhan premi hingga hampir 11%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: