Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan Dorong Optimalisasi Lahan Bertanam Jahe dalam Bagor

Kementan Dorong Optimalisasi Lahan Bertanam Jahe dalam Bagor Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jahe (zingiber offcinale) merupakan salah satu tanaman obat prioritas binaan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan. Selain dapat dikonsumsi sebagai bumbu masak, tanaman ini juga dibutuhkan sebagai bahan baku industri jamu, minuman instan, dan sebagai komoditas ekspor.

Jahe dengan kandungan minyak atsiri zingiberen berkhasiat mengurangi perut kembung dan gejala masuk angin, meredakan batuk, sekaligus obat luar untuk keseleo dan rematik. 

"Untuk memenuhi tingginya permintaan, selain menanam dalam kawasan hamparan, jahe bisa juga ditanam secara tumpang sari dengan komoditas lainnya seperti cabai, jagung manis, dan kopi. Selain itu, menanam dalam bagor atau karung bisa jadi solusi," ujar Kasubdit Tanaman Obat, Wiwi Sutiwi dalam bimbingan teknologi jahe dalam bagor (karung) di Semarang beberapa hari lalu.

Dia menambahkan, maksud dan tujuan dilakukan pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani jahe maupun petugas lapang di sentra jahe Jawa Tengah, yaitu dari Semarang, Boyolali, Purworejo, Karanganyar, Rembang, Cilacap, dan Wonogiri.

Baca Juga: Hebat, Jahe Merah Bisa Jadi Obat Sakit Ginjal

Kepala Dinas Pertanian Jawa Tengah, Suryo Banendro mendukung penuh program pengembangan obat khususnya jahe.

"Selain APBN, kami juga mengalokasikan APBD untuk menerapkan good agriculture practices (GAP) serta budi daya secara organik supaya menghasilkan produk aman konsumsi serta ramah lingkungan sehingga diterima pasar domestik maupun ekspor," ujarnya.

Selanjutnya, Kepala Seksi Tanaman Obat Dinas Pertanian Semarang, Retno Supadmi menambahkan, "Sejak lama petani di Susukan menanam jahe di lahan, namun pada 2015 produksi jahe di Susukan menurun karena terserang penyakit fusarium. Petani kemudian mencari solusi dengan menanam jahe dalam bagor."

Retno menyebutkan, inisiatif kelompok tani ini mendapat dukungan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng dan Dinas Pertanian Semarang dengan melakukan penyusunan SOP budi daya jahe dalam bagor. SOP ini berguna agar petani dapat menerapkan kaidah budi daya jahe yang baik.

Narasumber dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Hera menyatakan, "Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan budi daya jahe dalam bagor agar tumbuh optimal dan berproduksi tinggi adalah pemilihan benih, jenis bagor/karung, media tanam, pemupukan dan pemeliharan."

Hera memaparkan, benih harus berasal dari rimpang yang dipanen optimal, sehat dan bernas, serta tidak ada luka. Selanjutnya, agar pertumbuhan tanaman seragam perlu dilakukan penyemaian benih selama 2-4 minggu sehingga tumbuh tunas 0,5-1 cm.

"Bagor dipilih yang fleksibel dan dranaisenya baik serta untuk media tanam bersifat ringan dan porous, berupa pasir, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:3, serta pemberian dosis dan jadwal pupuk sesuai kebutuhan tanaman. Lakukan penyiraman tanaman dan pembubunan 3-4 dan pemberian pupuk hayati sampai tanaman dipanen," jelasnya secara detail.

Kelebihan budi daya jahe di dalam bagor, lanjut Hera, dapat dilakukan di lahan terbatas, mudah untuk pemeliharaan dan pengendalian penyakit, dapat ditanam sepanjang waktu serta produksinya tinggi.

Baca Juga: Tumpang Sari Kopi dan Jahe Menguntungkan

Ketua Kelompok Tani Hidup Baru Kapak, Mohammad Karudin menambahkan informasi bahwa di Dusun Wonosari, Desa Susukan, Kecamatan Susukan, budi daya jahe dalam bagor ini menghasilkan 2,5-3 kg jahe per bagor dengan biaya produksi Rp7.750 per bagor.

Di tempat terpisah, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ismail Wahab menyampaikan, pada APBN 2019 Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat mengalokasikan kegiatan pengembangan jahe 70 hektare di Jawa Tengah. Kebijakan ini diarahkan ramah lingkungan, yaitu pemupukan menggunakan pupuk organik, tidak melakukan pengendalian hama, dan penyakit dengan bahan kimia.

"Budi daya jahe dalam bagor diharapkan menjadi salah satu alternatif teknologi budi daya sebagai upaya memenuhi kebutuhan jahe yang terus meningkat dan tersedia setiap saat," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: