Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dana Ratusan Triliun Diraup dari Pasar Modal, Begini Respons Bos OJK

Dana Ratusan Triliun Diraup dari Pasar Modal, Begini Respons Bos OJK Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar modal Indonesia dalam periode Januari 2019 hingga 9 Agustus 2019  berhasil meraup dana senilai Rp109,2 triliun. Ketua  Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso cukup gembira menilik capaian pasar modal Indonesia di sepanjang tahun ini. 

 

“OJK dari JAnurai hingga 9 Agustus sudah mengeluarkan 90 surat pernyataan efektif atas penyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum, dengan nilai total hasil penawaran umum Rp109,2 triliun. Ini cukup menggembirakan,” ucapnya, di Jakarta, Senin (12/8/2019).

 

Baca Juga: Ini Kawan dan Lawan Pasar Modal Indonesia Menurut Bos OJK

 

Lebih lanjut Wimboh mengungkapkan bila niali tersebut berasal dari 32 penawaran umum terbatas efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) tahap II sebesar Rp55,75 triliun. Lalu, ditambah dengan penerbitan saham baru atau right issue yang dilakukan 12 korporasi Rp 25,7 triliun. 

 

OJK juga mencatat ada sebanyak 16 penawaran umum terbatas efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) tahap I senilai Rp17,02 triliun. Kemudian, ada 29 emiten baru yang  tercatat di BEI di tahun 2019 melalui pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp8,5 triliun. Serta, 3 penawaran umum efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) senilai Rp2,25 triliun.

 

"KIta lihat nett buy investor asing di pasar saham cukup besar mencapai Rp64,9 triliun year to date dan di pasar SBN sebesar Rp113,4 triliun di akhir minggu," terangnya.

 

Baca Juga: Bos OJK Kasih Sinyal Waspada Buat Pasar Modal, Katanya. . .

 

Kendati cukup menggembirakan, namun pihaknya tetap mendesak Self Regulatory Organization (SRO) pasar modal yakni PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) untuk meningkatkan perannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. 

 

"Pertumbuhan ekonomi kita semakin sulit pada hampir tiga tahun terakhir. Barangkali tahun ini pertumbuhan ekonomi kita bisa terjamin jika sektor riil bangkit. Dan, pertumbuhan kredit juga sudah double digit," katanya.

 

Baca Juga: Setelah 42 Tahun Aktif Kembali, Begini Kondisi Pasar Modal Indonesia

 

Menurut Wimboh, industri pasar modal merupakan nadi yang bisa menggerakan perekonomian, selain industri keuangan lain seperti perbankan dan industri keuangan nonbank (IKNB).

 

Dia berharap, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa direspons oleh SRO dengan lebih proaktif dan meningkatkan peran terkait penggalangan dana di pasar modal. 

 

"Namun, kami meyakini pasar modal tidak bisa tak proaktif. Kami masih menginginkan lebih dari SRO untuk meningkatkan perannya. Pasar modal kami harapkan mempunyai peran yang besar lagi sebagai media raising fund," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: