Belum lama ini Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop-UKM) telah menggelar pelatihan vokasional untuk menggenjot potensi Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, dalam bidang pengolahan mangrove dan buah merah.
"Kedua komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan di wilayah Bintuni. Tujuan dari pelatihan vokasional adalah agar potensi masyarakat lokal bisa ditumbuhkan guna menyambut industri wisata dan makanan khas olahan yang ada di sana," kata Asisten Deputi Bidang Peran Serta Masyarakat Kemenkop-UKM dalam rilisnya di Jakarta, kemarin (26/8/2019).
Kawasan Teluk Bintuni yang merupakan salah satu kabupaten pemekaran baru di Papua Barat yang disahkan pada 12 November 2002, terletak di antara Pantai Selatan Kepala Burung dan Pantai Semenanjung Onin.
"Bumi Papua memiliki sumber daya alam yang besar. Di antaranya gas alam yang berada di perut Teluk Bintuni, serta hutan mangrove. Hutan mangrove di Bintuni seluas 200 hektare, mencakup 10% dari luas hutan mangrove Indonesia. Sehingga, dengan tumbuhnya wisatawan baik lokal maupun mancanegara, dibutuhkan pengolahan produk lokal sebagai produk khas daerah tersebut," ucap Hariyanto.
Baca Juga: Bangkalan di Sulap Jadi Wisata Mangrove? Ini Dampak Bagi Warga
Menurut Hariyanto, pelatihan di kabupaten baru yang masuk dalam daftar daerah tertinggal tersebut akan difokuskan pada pengembangan SDM di wilayah perbatasan dan daerah tertinggal.
"Pelatihan-pelatihan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM KUMKM di tanah Papua," tandas Hariyanto.
Hariyanto pun menegaskan bahwa pihaknya akan terus hadir di Tanah Papua dalam upaya meningkatkan daya saing produk lokal dengan memiliki berbagai olahan dan kualitas yang bagus.
"Kami memberikan pelatihan vokasional mangrove yang diolah menjadi olahan minuman sirup dan buah merah yang diolah menjadi minyak," ujar Hariyanto.
Tumbuhnya perekonomian di Papua Barat diharapkan dapat memberikan dampak positif pada perbaikan taraf hidup masyarakat Teluk Bintuni, Papua Barat.
"Kami akan terus menstimulasi pertumbuhan ekonomi, kemajuan, dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Teluk Bintuni khususnya, dan Papua Barat pada umumnya di masa yang akan datang," jelas Hariyanto lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Asisten II Bidang Perekonomian Kabupaten Teluk Bintuni Frans N Awak mengatakan bahwa pihaknya menyambut positif pelatihan yang diadakan Kemenkop-UKM kepada masyarakat Teluk Bintuni.
Baca Juga: Kemenkop Siapkan Program Strategis Tingkatkan Kinerja UMKM
"Diharapkan hal itu dapat memberikan dampak positif untuk mengenal lebih dalam terkait potensi daerah yang dapat meningkatkan tumbuhnya perekonomian daerah dan perbaikan taraf hidup masyarakat," kata Frans.
Dengan adanya pelatihan buah merah dan pengolahan mangrove, Frans berharap masyarakat Teluk Bintuni siap menyambut Festival Hutan Mangrove sedunia yang direncanakan akan dilaksanakan pada 2020.
Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan, Mama Michael bercerita bahwa selama tinggal di Teluk Bintuni ini baru kali pertama dirinya mendapat pelatihan pengolahan mangrove menjadi sirup.
"Saya sangat senang pelatihan ini karena bisa menambah wawasan dan pengalaman baru bagi saya," pungkas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: