Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harta 50 Taipan Singapura Melonjak Rp1.846 Triliun

Harta 50 Taipan Singapura Melonjak Rp1.846 Triliun Zhang Yong, orang terkaya di Singapura. | Kredit Foto: CNBC.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perekonomian Singapura tengah goyah akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang terus memanjang. Akibatnya, pemerintah setempat memperkirakan tidak ada pertumbuhan yang berarti di tengah perlambatan ekonomi global.

Namun, ternyata total kekayaan 50 orang terkaya di Singapura justru naik lebih dari 12% menjadi US$130 miliar.

Melansir dari Forbes (30/8/2019), melonjaknya kekayaan itu ditopang oleh kehadiran miliarder naturalisasi, yakni pendiri Haidilao Zhang Yong. Pria yang sebelumnya berkewarganegaraan China kini menjadi orang terkaya pertama di Singapura dengan kekayaan mencapai US$13,8 miliar.

Baca Juga: Baru! Zhang Yong Jadi Orang Terkaya Baru di Singapura

Hartanya menggeser Robert dan Philip Ng sebagai orang terkaya Singapura yang memiliki kekayaan US$12,1 miliar. Miliarder Kwek Leng Beng usai ekspansi ke luar negeri dan mengakuisisi dua properti kantr London, kekayaannya melonjak signifikan dan kini mencapai US$8,8 miliar.

Sementara itu, kekayaan taipan cat Goh Cheng Liang juga bertambah sebagian berkat informasi baru tentang kepemilikannya. Kekayaannya kini mencapai US$9,5 miliar.

Baca Juga: Perang Dagang? Harta Miliarder Singapura Enggak Goyang!

Namun, tak semua miliarder di sana mengalami pertumbuhan harta kekayaan. Harta salah satu pendiri Facebook Eduardo Saverin justru turun US$1,2 miliar. Namun, dirinya masih menempati orang terkaya ketiga Singapura dengan harta US$10,6 miliar.

Sedangkan, taipan pelayaran Chang Yun Chung, miliarder tertua di dunia itu juga mengalami penurunan kekayaan mencapai 27% di tengah lesunya sektor pelayaran di negara yang bergantung pada perdagangan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: