Arab Saudi menyatakan ingin memperkaya uranium di masa depan untuk mendorong program tenaga nuklir yang direncanakan. Ini adalah langkah sensitif yang dapat mempersulit keterlibatan perusahaan Amerika Serikat (AS) dalam rencana itu.
Eksportir minyak utama dunia itu mengatakan ingin menggunakan logam untuk mendiversifikasi campuran energinya. Tetapi, pengayaan uranium juga membuka kemungkinan penggunaan nuklir oleh militer, masalah yang menjadi pusat kekhawatiran Barat dan regional atas program nuklir Iran.
"Kami melanjutkannya dengan hati-hati, kami bereksperimen dengan dua reaktor nuklir," kata Menteri Energi Saudi, Abdulaziz bin Salman, merujuk pada rencana untuk mengeluarkan tender untuk dua reaktor tenaga nuklir pertama negara Teluk Arab itu.
Baca Juga: Pecat Menteri Energi, Raja Arab Saudi Tunjuk Putranya Sebagai Pengganti
Abdulaziz, seperti dilansir Reuters pada Selasa (10/9/2019), mengatakan bahwa pada akhirnya Saudi ingin melanjutkan siklus penuh program nuklir, termasuk produksi dan pengayaan uranium untuk bahan bakar.
Tender ini diharapkan akan diluncurkan pada tahun 2020, dengan perusahaan-perusahaan AS, Rusia, Korea Selatan, China, dan Prancis terlibat dalam pembicaraan awal tentang proyek multi-miliar dolar.
Tetapi masalah pengayaan uranium telah menjadi masalah besar dengan Washington, terutama setelah Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan pada tahun 2018 bahwa kerajaan SRiyahd akan mengembangkan senjata nuklir jika Teheran melakukannya.
Baca Juga: Israel: Peningkatan Pengayaan Uranium Iran Sangat Berbahaya
Agar perusahaan-perusahaan AS bersaing untuk proyek Saudi, Riyadh biasanya perlu menandatangani kesepakatan tentang penggunaan damai teknologi nuklir dengan Washington, di bawah Undang-Undang Energi Atom AS.
Tapi, para pejabat Saudi mengatakan mereka tidak akan menandatangani kesepakatan yang akan membuat Riyadh kehilangan kemungkinan untuk memperkaya uranium atau memproses ulang bahan bakar bekas di masa depan, keduanya merupakan jalur potensial untuk membangun bom.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: