China Culik Intelektual Uighur Tashpolat Tiyip di Jerman, Terancam Hukuman. . .
Intelektual Uighur yang diketahui bernama Tashpolat Tiyip dikabarkan akan menghadapi eksekusi oleh pihak berwenang China usai dua tahun mendekam dalam penahanan rahasia. Amnesty International mengatakan intelektual tersebut diculik diam-diam saat berkunjung ke Jerman.
Tiyip merupakan presiden Universitas Xinjiang. Pada 2017, dia mendatangi Jerman bersama dengan mahasiswa untuk sebuah konferensi. Dia dikabarkan diculik dan ditahan.
Tiyip diketahui salah satu dari ratusan orang Uighur terkemuka yang telah menghilang saat otoritas China telah memindahkan jutaan warga Muslim Uighur ke kamp-kamp konsentrasi di Xinjiang. China mengatakan, kamp-kamp tersebut merupakan pusat pembekalan pendidikan kejuruan yang bermanfaat bagi warga Xinjiang.
Amnesty mengungkapkan, Tiyip menjalani persidangan rahasia dan dihukum atas tuduhan separatisme. Laporan Amnesty mengatakan, dia dijatuhi hukuman mati, namun pelaksanaan eksekusi ditangguhkan.
Baca Juga: Geger! Perusahaan Ini Bilang Komunitas Muslim Uighur Jadi Sarasaran Serangan....
Baca Juga: Duh! Trump Akur ke China, Dolar AS Malah Gegana!
Menurut Kelompok hak asasi manusia (HAM) lantas melaporkan bahwa ia ditahan dalam kondisi yang tidak diketahui, dan eksekusinya dapat segera terjadi, karena periode penangguhan hukuman selama dua tahun akan berakhir bulan ini.
Patrick Poon, yang merupakan peneliti di Kantor Regional Asia Timur Amnesty International, mengatakan kepada Business Insider bahwa tidak jarang para intelektual Uighur menjadi sasaran pemerintah China.
"Dari penelitian dan wawancara saya dengan orang Uighur lainnya, beberapa intelektual Uighur lainnya juga dituduh melakukan (separatisme) ini, tidak menyebutkan kasus Ilham Tohti yang terkenal," katanya kepada Business Insider melalui email, Jumat (13/9/2019).
Tohti merupakan seorang sarjana Uighur yang telah ditahan oleh pemerintah China selama lima tahun terakhir. Dia diberi hukuman seumur hidup usai dihukum karena separatisme dalam persidangan dua hari. Tohti, menurut PEN America, merupakan seorang sarjana terkenal yang fokus pada isu-isu Uighur dan seorang advokat pembela hak-hak warga Uighur.
Frank Bencosme, manajer advokasi Asia Pasifik Amnesty International yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan kepada Radio Free Asia (RFA) bahwa tidak ada batas waktu yang pasti mengenai kasus Tiyip yang tersedia, dan belum ada komunikasi dari pemerintah China mengenai rencana mereka untuk mengeksekusinya.
The Uyghur Human Rights Project mencatat ada 386 kasus intelektual Uighur yang ditahan, dihilangkan, atau dipenjara hingga Maret tahun ini, termasuk para intelektual, mahasiswa, jurnalis, dan seniman.
Darren Byler, seorang sarjana di University of Washington yang fokus pada budaya Uighur, menjelaskan tujuan dari penargetan terhadap para intelektual Uighur. "Di masa lalu angka-angka ini berfungsi sebagai model untuk generasi muda Uighur," katanya kepada The Uyghur Human Rights Project.
“Kriminalisasi mereka mengirimkan pesan ke seluruh masyarakat Uighur bahwa ruang untuk perbedaan yang diizinkan untuk Uighur kini telah berkurang secara drastis. Jelas bahwa perayaan nilai-nilai Uighur yang ditentukan sendiri tidak lagi diizinkan," katanya.
"Uighur biasa memiliki harapan besar bagi para elite ini," kata Tahir Hamut, seorang penyair Uighur. “Karena itu, serangan terhadap para elite ini akan menghancurkan harapan masyarakat Uighur dan membuat Uighur putus asa. Mungkin Partai Komunis China ingin melihat hasil ini. "
Pemerintah China telah menargetkan etnik minoritas Uighur di provinsi Xinjiang selama beberapa tahun, terutama sejak 2017, menjaga mereka dalam apa yang disebut "kamp pendidikan ulang" di Xinjiang.
Pemerintah China menduga kamp-kamp tersebut merupakan pusat pendidikan kejuruan yang bertujuan membendung ekstremisme Islam. Namun Randall Schriver, Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Keamanan Indo-Pasifik, mengatakan; "Partai Komunis (China) menggunakan pasukan keamanan untuk pemenjaraan massal Muslim China di kamp-kamp konsentrasi."
Tudingan Schriver ini disampaikan selama briefing Pentagon pada bulan Mei. Dia saat itu mengatakan bahwa hampir 3 juta Muslim China, termasuk Uighur, berada di kamp.
Laporan Reuters mengabarkan, para tahanan telah melaporkan diinterogasi, disiksa, dan dipaksa untuk mengonsumsi propaganda partai Komunis di kamp, di mana mereka dijaga dari menara pengawal dan dipagari di kawat. Beberapa dari mereka telah melakukan bunuh diri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: