Donald Trump menunda kenaikan tarif atas produk China senilai US$250 miliar mulai selama dua pekan, yakni pada 1-15 Oktober 2019. Hal itu lebih dulu diinisiasi oleh China yang menunda kenaikan tarif atas produk AS selama setahun, yakni pada 17 September 2019 hingga 16 September 2020.
Baca Juga: Xie-Xie China! Berkatmu, Trump Ikut Berlomba dalam Kebaikan!
Namun sayang, bak senjata makan tuan, keputusan Trump tersebut justru memberi pukulan telak bagi pergarakan dolar AS. Pada Rabu (12/09/2019), dolar AS tertekan hampir di semua mata uang. Dolar AS hanya terapresiasi tipis di hadapan franc Swiss dan yen.
Sementara di hadapan mata uang dunia lainnya, seperti euro, dolar Australia, poundsterling, dolar New Zealand, dan dolar Kanada, mata uang Paman Sam itu tak berkutik.
Baca Juga: Aduh Gusti! Dolar AS Bikin Rupiah Berdarah-Darah!
Melihat peluang tersebut, mata uang Asia pun ikut menekan dolar AS. Dipimpin oleh dolar Taiwan, mata uang Asia seperti baht, won, dolar Singapura, dolar Hongkong, yuan, dan rupiah kompak melemahkan dolar AS.
Perlu diketahui, kala pembukaan pasar pagi tadi, rupiah terapresiasi 0,11% ke level Rp14.040 per dolar AS. Apresiasi tersebut kini menemal hingga 0,21% ke level Rp14.030 per dolar AS.
Dengan prestasi tersebut, kini rupiah menjelma sebagai mata uang terbaik keempat di Asia setelah dolar Taiwan (0,31%), won (0,08%), dan yuan (0,10%). Rupiah mampu unggul signifikan di hadapan yen (0,41%), dolar Hongkong (0,11%), dolar Singapura (0,09%), dan ringgit (0,09%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: