Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Karhutla di Sumatra-Kalimantan, UNICEF: Ancaman Nyata bagi 10 Juta Anak-anak

Karhutla di Sumatra-Kalimantan, UNICEF: Ancaman Nyata bagi 10 Juta Anak-anak Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan dunia UNICEF memberikan perhatian khusus terhadap musibah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Menurutnya, karhutla di Indonesia menyebabkan hampir 10 juta anak dalam bahaya karena polusi udara.

Karhutla telah mengeluarkan kabut asap yang sudah tersebar di Asia Tenggara dalam beberapa pekan terakhir. Peristiwa ini membuat sekolah dan bandara ditutup, orang-orang pun harus membeli masker dan mendapatkan perawatan medis karena penyakit pernapasan.

Pemerintah telah mengerahkan puluhan ribu personel dan pesawat dengan bom air untuk mengatasi kebakaran yang terjadi, yang diduga untuk meluaskan lahan pertanian. Karhutla merupakan masalah tahunan, tetapi tahun ini adalah yang terburuk sejak 2015 karena cuaca kering.

Baca Juga: Kenapa Tahun 2018 Gak Ada Karhutla?

Menurut UNICEF, hampir 10 juta orang di bawah 18 tahun --seperempat dari mereka di bawah lima tahun-- tinggal di daerah-daerah yang paling parah terkena dampak kebakaran di Pulau Sumatra dan Kalimantan.

UNICEF mengatakan anak-anak sangat rentan karena sistem kekebalan yang tidak berkembang, sementara bayi yang lahir dari ibu yang terpapar polusi selama kehamilan mungkin memiliki masalah seperti berat badan lahir yang rendah.

“Kualitas udara yang buruk adalah tantangan yang berat dan terus berkembang bagi Indonesia,” kata Debora Comini dari UNICEF.

"Setiap tahun, jutaan anak menghirup udara beracun yang mengancam kesehatan mereka dan menyebabkan mereka bolos sekolah --mengakibatkan kerusakan fisik dan kognitif seumur hidup," imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (26/9/2019).

Ribuan sekolah telah ditutup di seluruh Indonesia karena kualitas udara yang buruk, dengan jutaan anak-anak kehilangan kelas.

Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan langit merah darah di atas provinsi Jambi, Sumatra, pada tengah hari karena kabut asap.

Baca Juga: Dampak Asap Karhutla, 4 Pesawat Ini Tunda Pendaratan di Pekanbaru

Selain itu, sekolah-sekolah terpaksa ditutup di seluruh Malaysia pekan lalu ketika kabut asap dari Indonesia menutupi langit, sementara Singapura juga diselimuti kabut asap selama balapan motor Formula Satu pada akhir pekan lalu.

Kualitas udara meningkat di Malaysia pada hari Selasa dan berada pada level "sedang" pada indeks resmi di sebagian besar tempat dengan langit tampak sangat jelas, sementara kabut diangkat dari Singapura.

Sebuah pusat ramalan regional mengatakan jumlah "hotspot" --daerah dengan panas yang sangat kuat yang terdeteksi oleh satelit yang mengindikasikan kemungkinan kebakaran-- telah turun tajam di Sumatra. Kebakaran di pulau itu biasanya dituding sebagai penyebab kabut asap di Malaysia dan Singapura.

Telah ada serangkaian kebakaran api liar di seluruh dunia, dari Amazon hingga ke Australia, dan para ilmuwan semakin khawatir tentang dampaknya terhadap pemanasan global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: