Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Saatnya Pemerintah Terapkan Bioteknologi di Bidang Pangan

Saatnya Pemerintah Terapkan Bioteknologi di Bidang Pangan Kredit Foto: Kementan

Bahkan, Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan Pending Dadih Permana dengan tegas mengatakan bahwa penerapan biotek di bidang pertanian tidak ada masalah karena Indonesia sudah mempunyai aturan tentang keamanan lingkungan, keamanan kesehatan, dan keamanan pakan terhadap penggunaan produk rekayasa genetik (PRG).

Menurut Prof Bambang Sugiharto, saat ini masih ada kekhawatiran di kalangan masyarakat akan bahaya yang mungkin timbul bagi kesehatan manusia maupun keamanan lingkungan dari PRG untuk tujuan pemenuhan pangan.

Bambang mengakui, keraguan akan keamanan tanaman PRG akan tetap ada selama jaminan keamanan masih belum bisa diberikan.

Untuk jaminan keamanan PRG, Ketua KKH PRG Bambang Prasetya mengatakan bahwa untuk jaminan keamanan bisa diawali dengan analisis dan kajian risk based assesment dengan pendekatan kehati- hatian (precautionary approach).

Baca Juga: Keren, Indeks Ketahanan Pangan Indonesia Terus Meningkat

Menurutnya, berdasarkan penelitian, penggunaan teknologi PRG aman karena sudah lebih 25 tahun dimanfaatkan di berbagai negara untuk tanaman pangan, perikanan, peternakan, dan kehutanan.

Saat ini, kata Bambang, di Indonesia belum sepenuhnya sinkron antara kebijakan bahwa Indonesia menerima teknologi PRG dengan prinsip kehati-hatian dalam implementasi di lapangan dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun.

Untuk menjalankan prinsip kehati-hatian tersebut, Kementerian Pertanian saat ini tengah menyiapkan dua peraturan atau pedoman yaitu pedoman pelepasan varietas tanaman produk PRG dan pedoman pengawasan paska pelepasan varietas PRG.

Ketua KTNA Winarno Tohir mengharapkan kedua pedoman tersebut dapat segera dirampungkan agar teknologi PRG ini dapat diterapkan oleh petani. "Kita sebenarnya sudah terlambat," kata Winarno.

Dulu tahunan 80an, petani Indonesia pernah membantu sumbangan pangan ke Afrika yang sedang dilanda kelaparan, khususnya Ethiopia. Sekarang menurut laporan organisasi FSI (Food Sustainability Index), secara mengejutkan menempatkan Ethiopia menjadi negara adidaya pertanian dan ketahanan pangan di peringkat 12 terbaik di dunia.

Negara ini banyak mengalahkan negara lain, termasuk Indonesia pada urutan 21. Afrika Selatan urutan 16 dan Nigeria urutan 17. Pertanyaannya, kenapa Indonesia tertinggal? Kunci jawabannya ada pada teknologi.

Winarno menambahkan, hasil Rembug Utama KTNA di Pekanbaru, Riau, 21-25 September 2019, petani dan nelayan kelompok KTNA sepakat untuk menerapkan bioteknologi dalam meningkatkan produksi pangan menuju Indonesia lumbung pangan dunia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: