Sungguh malang nasib AC Milan. Tak pernah lagi berprestasi dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kini Milan diterpa masalah pada sektor keuangan klub yang berbasis di San Siro itu.
Namun, pakar ekonomi asal Italia menilai terdapat satu catatan positif dari buruknya reputasi keuangan il Diavolo Rosso. Baru-baru ini pihak klub juga telah mengumumkan neraca finansial untuk musim 2018/2019 yang membuat Milan mengalami kerugian mencapai 145 juta euro yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun, para direktur tidak khawatir sehingga MilanNews.it meminta koresponden ekonomi dari surat kabbar La Repubblica, Luca Pagni untuk menjelaskan situasinya.
Dalam komentarnya, Pagni tak menepis apabila klub peraih 18 gelar scudetto Serie A Liga Italia tengah dalam kondisi finansial yang buruk. Penurunan pendapatan yang begitu drastis merupakan salah satu indikasi yang tidak bisa ditampik.
"Masalah besar yang kita lihat di sini adalah bahwa sponsornya telah turun dan begitu juga pendapatan secara keseluruhan. Sejauh ini, Ivan Gazidis tidak menunjukkan kemajuan di bidang itu," jelas Pagni seperti dilansir Football Italia, Jumat (18/10/2019).
Pagni menambahkan, biaya pengeluaran klub masih sama besar dengan musim-musim sebelumnya. Bukan hanya masalah kontrak pemain, tetapi juga masalah pada gaji direktur klub.
Di bawah kepemimpinan Elliot Management, pengelola Milan, klub kota mode ini sudah menyadari kondisi tersebut. Karena itu, Milan kini mulai berhemat dan punya rencana menjual i Rossoneri di masa mendatang. Bahkan, klub itu sedang mempersiapkan proses penjualannya.
"Saya tidak mengatakan mereka akan menjual dalam jangka pendek, tetapi hal ini dilakukan untuk membuat para pembeli lebih tertarik," sambung Pagni.
Dalam karut-marut keuangan klub, Pagni menyebut terdapat satu nilai positif dari kondisi Milan saat ini. Rossoneri kini tidak sedang terlilit utang dengan pihak ketiga. Faktor ini yang dianggap bisa menarik calon investor. "Milan tidak memiliki utang dengan bank, jadi dalam kasus uji tuntas, pembeli potensial akan menemukan catatan yang bersih."
Seperti disinggung di atas, penjualan klub merupakan proses jangka panjang. Sedangkan, untuk jangka pendek, Milan diharuskan mampu untuk finis di zona Liga Champions alias posisi empat besar.
"Jika Milan lolos ke turnamen Eropa pada 2020/2021, mereka akan mengincar perjanjian penyelesaian dan akan dapat menyusun rencana tanpa 146 juta euro untuk dipertimbangkan dalam neraca berikutnya," jelas Pagni.
Adapun, Elliott Management tidak pernah dimaksudkan untuk memiliki Milan, tetapi secara efektif mengambil alih klub ketika presiden sebelumnya Yonghong Li gagal membayar pinjaman yang telah ia gunakan untuk membeli klub asal kota mode Italia dari tangan Silvio Berlusconi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: