Program Kementerian Pertanian (Kementan) yang membantu memanfaatkan eks lahan galian pasar menjadi produktif menuai hasil yang menggembirakan. Lahan eks galian pasir yang merupakan lahan marginal di Desa Cibulan Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan menjadi sentra produksi kedelai, bahkan kini akan diupayakan menjadi destinasi agrowisata yang disukai pelancong.
Wakil Bupati Kuningan Rido Suganda mengatakan, kedelai akan jadi ikon Desa Cibulan, juga ikon Kabupaten Kuningan. Usaha tani pertanaman kedelai di lahan bekas galian pasir telah menjadikan Desa Cibulan sebagai Juara Desa Teladan se-Provinsi Jawa Barat.
"Semua pihak termasuk para petani harus kerja keras menjadikan Desa Cibulan dan juga Kecamatan Cidahu menjadi unggulan dari berbagai kekuatan perekonomian termasuk dari sektor petanian, terutama komoditas kedelai," kata Rido di Kuningan, Jawa Barat, Rabu (23/10/2019).
Baca Juga: Kementan Ekspor Dedak Gandum Cilegon ke 4 Negara Capai Rp39,6 Miliar
Berangkat dari ini, Rido menginginkan kekuatan pertanian untuk Provinsi Jawa Barat berciri inovasi teknologi. Salah satunya dengan membuat tanah berpasir produktif dengan produktivitas yang tinggi.
"Tanaman kedelai di sini akan kita jadikan ikon secara menyeluruh. Kalau orang bicara kedelai yang unik ya Kabupaten Kuningan," cetusnya.
"Harapan pemerintah, masyarakat lebih suka kedelai petani kita daripada kedelai impor yang kualitasnya kalah jauh," tambah Ridho.
Sementara itu, Kepala Desa Cibulan, Iwan Gunawan menyebutkan hasil olahan kedelai yang sudah dipasarkan harus segera diperluas ke kecamatan lain yang bersebelahan dengan Kecamatan Cidahu. Desa Cibulan sendiri melalui Gapoktan Silih Asih telah mendirikan Unit Pengolahan Hasil Kedelai.
"Bantuannya berupa sarana pengolahan kedelai dari Kementan," sebutnya.
Kepala Seksi Aneka Kacang dan Umbi Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, Rohendi mengatakan, produksi kedelai petani Kuningan baru bisa sebanyak 1.342 ton dengan pola dua kali tanam atau panen. Dengan demikian, belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Kuningan yang mencapai 600 ton per bulan.
"Jadi ini kesempatan memanfaatkan lahan-lahan yang gersang seperti di Desa Cibulan. Kita optimis bisa penuhi kebutuhan secara mandiri," ujarnya.
Menurut Rohendi, optimisme ini bisa diwujudkan karena tingginya perhatian Kementan. Ada bantuan benih sebanyak 10 ton untuk 200 hektare, tentunya bisa mendongkrak produksi kedelai di Cibulan.
Kalkulasinya, lanjut dia, apabila hasil panen kedua yang lalu sebesar 1,4 ton per ha, maka kalau pada angka yang sama dihasilkan dari luasan 200 ha itu ada produksi sekitar 300 ton. Itu berarti separuh dari kebutuhan kedelai Kabupaten Kuningan untuk sekali panen bisa tercukupi dari petani sendiri.
"Logikanya, kalau semua lahan gersang atau tanah marjinal bekas galian pasir yang bisa langsung diusahai di sini seluas 514 ha itu tentu hasilnya bisa minimal mencapai 750 ton sekali panen atau tiga bulan," beber Rohendi.
Baca Juga: Dorong Pengembangan Bibit Unggul Ubi Kayu, Kementan Bantu Sertifikasi di Kepri
Dengan demikian, untuk satu bulan petani dari Desa Cibulan ini bisa memasok sebanyak 250 ton. Hasil ini sangat luar biasa sehingga pemerintah akan dorong terus agar kebutuhan kedelai untuk masyarakat Kabupaten Kuningan bisa terpenuhi dari petani sendiri.
"Kalau panen sekali tiga bulan, maka hasilnya akan diolah menjadi bahan pangan yang lebih bernilai. Bahkan saat ini pemerintah Kabupaten Kuningan sedang berusaha menghubungkan UPH Kedelai Cibulan dengan beberapa Rumah Sakit di Kabupaten Kunigan," yakin Rohendi.
Terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Kementan, Gatut Sumbogodjati mengatakan Kementan membangun Unit Pengolahan Hasil Kedelai untuk menampung hasil panen kedelai lokal agar dapat diolah dalam berbagai produk olahan. Tidak hanya tahu dan tempe, tetapi juga kecap, kue-kue, keripik, dodol bahkan bisa dalam pengembangan lebih lanjut akan menyentuh produk kecantikan.
"Dengan adanya olahan tersebut Kementan berharap dapat membantu meningkatkan pendapatan petani dan menumbuhkan potensi agrowisata di Kabupaten Kuningan," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: