Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dorong Swasembada Energi, PLN Tunjukkan Lompatan Besar Program Electrifying Lifestyle

Dorong Swasembada Energi, PLN Tunjukkan Lompatan Besar Program Electrifying Lifestyle Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT PLN (Persero) terus mendorong penerapan program electrifying lifestyle guna mendukung langkah strategis pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan swasembada energi nasional pada periode 2025–2034. 

Program ini menjadi bagian penting dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Hijau dan Berdaulat yang menekankan pemanfaatan energi domestik berbasis listrik dan energi baru terbarukan (EBT).

Sebagaimana diketahui, electrifying lifestyle merupakan inisiatif PLN dalam mendorong perubahan gaya hidup masyarakat dengan mendorong penggunaan energi berbasis listrik yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Penerapan program electrifying lifestyle selain mendorong target pemerintah dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 juga mampu meningkatkan pertumbuhan penjualan listrik PLN pada tahun 2024.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyampaikan bahwa meningkatnya konsumsi listrik mencerminkan kepercayaan masyarakat kepada PLN terus tumbuh. Capaian positif ini merupakan buah dari strategi pemasaran yang inovatif, melalui berbagai program yang mendorong pemanfaatan listrik di berbagai sektor.

Baca Juga: PLN Rampungkan Interkoneksi Listrik Kaltim-Kaltara Sejauh 922 Km, Layanan Listrik Super Kuat Kini Masuk Pelosok Kalimantan

“Pencapaian ini menunjukkan komitmen kami dalam memastikan listrik menjadi penggerak utama aktivitas ekonomi dan keseharian masyarakat. Ini juga menjadi bagian dari dukungan PLN terhadap visi Pemerintah dalam mewujudkan ketahanan energi nasional,” ujar Darmawan.

Adapun, PLN sukses mencetak kinerja gemilang sepanjang tahun 2024, pertumbuhan penjualan tenaga listrik mencapai 17,78 terawatt hour (TWh) atau naik 6,17% dibandingkan tahun sebelumnya year on year (YoY). Peningkatan ini didorong oleh strategi pemasaran agresif yang mencakup kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi, dengan kontribusi sebesar 8,40 TWh.

Kinerja tersebut diperoleh dari berbagai upaya strategis, salah satunya dengan menjalankan program electrifying lifestyle, strategi ekstensifikasi yang difokuskan untuk menciptakan demand baru.

Peningkatan demand baru dilakukan melalui sektor pertanian dan peternakan atau electrifying agriculture, kelautan atau electrifying marine, percepatan dedieselisasi, dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Inisiatif ini tak hanya memperluas jangkauan layanan PLN, tetapi juga mendorong konsumsi listrik di sektor potensial.

Baca Juga: PLN–Indosat Percepat Ekosistem EV Lewat Digitalisasi SPKLU

“PLN terus menjangkau ceruk pasar baru dan mendorong lebih banyak masyarakat beralih ke listrik PLN. Hasilnya, dengan ekstensifikasi ini memberikan kontribusi ke pertumbuhan penjualan sebesar 2,60 TWh,” jelas Darmawan.

Peningkatan Pengguna Electrifying Lifestyle

Hal tersebut tergambar melalui upaya PLN yang terus memperkuat program electrifying lifestyle melalui peningkatan layanan marine, agriculture, dan Infrastruktur Kendaraan Listrik Sepanjang 2024. Dimana, sepanjang 2024 tercatat lonjakan signifikan pada tiga program dibawah electrifying lifestyle, yakni electrifying marine, electrifying agriculture, serta akselerasi pembangunan infrastruktur kendaraan listrik.

Pada sektor kelautan dan perikanan, Program electrifying marine menyalurkan listrik hingga 2.505 GWh kepada 49.174 pelanggan di seluruh Indonesia. Sepanjang 2024, tambahan 4.935 pelanggan baru mencatat konsumsi listrik 47,32 GWh. 

Layanan ini memperkuat operasional kapal saat sandar, mini cold storage, hingga kebutuhan listrik di pelabuhan, dermaga, pangkalan pendaratan ikan (PPI), dan tempat pelelangan ikan (TPI).

Begitupun dengan program electrifying agriculture tak kalah kuat. Jumlah pelanggan sepanjang 2024 naik menjadi 300.535 pelanggan, bertambah 53.539 dari tahun sebelumnya. 

Total daya tersambung mencapai 4.203,36 MVA, dengan konsumsi 6,17 TWh. Pertumbuhan ini mendorong penjualan listrik pelanggan electrifying agriculture naik 10,15%, serta pendapatan meningkat 9,35% YoY.

Baca Juga: Direksi PLN Turun Langsung Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Aceh

Selain itu, PLN juga mengakselerasi pembangunan infrastruktur kendaraan listrik untuk meningkatkan kenyamanan pengguna EV di seluruh Tanah Air. Jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) melonjak 299%, dari 1.081 unit pada 2023 menjadi 3.233 unit pada 2024. 

Layanan Home Charging Services (HCS) tumbuh 302%, mencapai 28.356 unit. Sementara itu, Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) turut meningkat menjadi 9.956 unit pada 2024.

Manfaat Electrifying Lifestlye

Manfaat program electrifying agriculture turut dirasakan para petani. Kelompok Tani Mekar Sari di Desa Sukorejo, Ponorogo, memperoleh efisiensi besar setelah beralih ke pompa listrik.

“Kalau pakai pompa diesel biayanya sekitar Rp1.500.000. Dengan pompa listrik hanya Rp500.000. Hemat hingga 300% dan produksi pertanian meningkat,” kata Gatot, Ketua Kelompok Tani.

Manfaat lainya juga dirasakan oleh petani bunga krisan atau chrysanthemum di Desa Kakaskasen II, Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Dimana, mereka merasakan manfaat seperti proses budidaya menjadi lebih efisien, produktif, hasil panen meningkat, hingga kesejahteraan petani ikut meningkat.

Ketua Kelompok Tani Krekleli, James Mogi, mengungkapkan bahwa penggunaan listrik membawa perubahan besar bagi usaha taninya. Ia merasakan proses budidaya kini lebih mudah dan hasil panen meningkat signifikan.

Baca Juga: Electricity Connect 2025 Tukarkan Total 920,47 tCO2 Jejak Karbon, Sukses Jadi Event Konferensi Nol Emisi

“Dulu, bunga yang kami tanam hanya bisa dipanen sekitar 60 persen. Setelah ada binaan dan dukungan dari PLN, kami bisa memproduksi lebih baik, sampai 90 persen. Karena pengaruh lampu terhadap bunga ini sangat menentukan produksi,” ujar James.

James menjelaskan, penggunaan listrik tidak hanya untuk penerangan di area green house, tetapi juga untuk sistem penyiraman berbasis pompa air listrik dan pengoperasian peralatan pertanian lain yang mendukung proses budidaya.

“Sekarang kami pakai listrik daya 5.500 VA (voltampere), cukup untuk penerangan dan pompa air. Biaya listriknya sekitar Rp600 ribu per bulan, tapi hasil panen bisa mencapai Rp15 juta. Dulu sebelum ada bantuan PLN, penghasilan kami hanya sekitar Rp5 juta,” tambahnya.

Kelompok Tani Krekleli yang beranggotakan 10 petani ini juga telah merasakan manfaat ekonomi yang lebih luas. Selain memenuhi permintaan lokal dari Kota Tomohon yang dikenal sebagai Kota Bunga, kelompok ini bahkan sempat menembus pasar ekspor ke Singapura.

“Waktu itu kami sempat ekspor sedikit ke Singapura. Bunga dari Tomohon diterima karena kualitasnya sangat baik,” kata James.

Sementara itu, nelayan di TPI Kecamatan Sarudik, Tapanuli Tengah, Hutagalung, mengungkapkan bahwa keberadaan Anjungan Listrik Mandiri (ALMA) dari PLN membuat proses bongkar muat ikan jauh lebih efisien.

Baca Juga: PLN Kebut Pemulihan Kelistrikan Aceh Lewat Kolaborasi Lintas Instansi

“Sebelum ada ALMA, kami menyalakan mesin kapal untuk penerangan dan menghabiskan bahan bakar. Kini cukup colok saja. Biaya operasional bisa turun hingga 70%,” ujarnya.

Apresiasi Pemerintah Pusat dan Daerah

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengapresiasi langkah PLN Group dalam mendukung adopsi gaya hidup ramah lingkungan electrifying lifestyle di masyarakat. 

Langkah ini selaras dengan komitmen Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto untuk membangun ketahanan nasional dengan mengoptimalkan sumber daya alam secara berkelanjutan.

"Dengan adanya pengembangan ekosistem ketenagalistrikan, termasuk antisipasi kebutuhan industri, pemerintah juga sedang mencoba untuk bagaimana melakukan konsolidasi. Misalnya di ekosistem kendaraan listrik itu justru permintaan ke depan itu akan terjadi peningkatan, kemudian kegiatan rumah tangga juga akan terjadi peningkatan dan juga di industri akan juga terjadi peningkatan," ujar Yuliot.

Baca Juga: Pastikan Bantuan dan Dukungan PLN Berjalan Optimal, Menteri ESDM Tinjau Langsung Posko Bencana di Aceh

Yuliot melanjutkan, langkah yang dilakukan PLN dalam mengkampanyekan electrifying lifestyle searah dengan pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang saat ini terus didorong oleh pemerintah. 

"Jadi, sementara untuk program hilirisasi ini termasuk ekosistem kendaraan listrik. Kami melihat dengan adanya perubahan penggunaan konsumsi dari BBM menjadi kendaraan berbasis listrik, sudah pasti kebutuhan listrik itu akan terjadi peningkatan," kata Yuliot.

Komandan Satuan Tugas Pertahanan Pangan (Dansatgas Hanpangan) Kementerian Pertanian RI, Ahmad Rizal Ramdhani, mengatakan penggunaan pompa air listrik diproyeksikan dapat menghemat biaya operasional petani dan meningkatkan efisiensi waktu. 

Dengan suplai listrik andal dari program electryfing agriculture PLN, strategi ini diharapkan memberikan dampak signifikan untuk ketahanan pangan di masyarakat.

“Targetnya, dengan adanya EA, produktivitas petani dapat meningkat. Menggunakan pompa listrik akan lebih hemat biayanya dibandingkan dengan menggunakan pompa air dengan bahan bakar solar,” ujar Ahmad.

Baca Juga: PLN Sambut Positif Penetapan SNI FABA oleh BSN untuk Dukung Pertanian Produktif dan Berkelanjutan

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lalu M. Faozal, menyatakan bahwa electrifying marine berdampak positif bagi lingkungan dan perekonomian usaha masyarakat di wilayahnya.

“Kami pastinya akan mendorong kemudahan pelayanan kepada masyarakat. Apalagi terbukti bahwa penggunaannya tersebut menimbulkan dampak yang positif, baik dari sisi lingkungan maupun dari biaya operasional. Pemerintah akan mendorong lebih baik lagi dan sekarang menjadi tugas bersama kita untuk memfasilitasi,” ujar Faozal.

RUPTL Hijau 2025-2034 Dalam Mencapai Swasembada Energi

Upaya PLN dalam mendorong perubahan gaya hidup masyarakat dari energi fosil ke EBT dibuktikan melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034. RUPTL yang disusun bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan prinsip “RUPTL hijau dan berdaulat”, yang menekankan keseimbangan antara dekarbonisasi, keandalan pasokan, serta pemanfaatan potensi energi domestik. 

Dalam aturan tersebut termaktub target penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW). Sebesar 61 persen dari penambahan pembangkit listrik, yakni 42,6 GW, berasal dari EBT. Dimana, 15 persen atau 10,3 GW merupakan storage atau penyimpanan, 24 persen atau sebesar 16,6 GW dari tambahan pembangkit listrik merupakan energi yang berasal dari sumber daya fosil, seperti gas sebesar 10,3 GW dan batu bara sebesar 6,3 GW.

Adapun, komposisi pembangkit EBT dalam RUPTL tersebut terdiri dari pembangkit lisrrik tenaga surya (PLTS) sebesar 17,1 gigawatt (GW), pembangkit lisrtrik tenaga air (PLTA) sebesar 11,7 GW, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau angin sebesar 7,2 GW, dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 5,2 GW. 

Baca Juga: Menteri Bahlil Lahadalia Resmikan Bantuan Pasang Baru Listrik di Fakfak

Darmawan, mengatakan ambisi pemerintah dalam mengakselerasi pengembangan energi baru terbarukan melalui RUPTL 2025-2034, untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap batu bara.

"Batu lompatannya jelas, peta jalannya jelas, arahnya jelas, dan insya Allah dimudahkan agar ini bisa tercapai," ujar Darmawan di Jakarta, Senin (2/6/2025).

Darmawan meyakini, hadirnya RUPTL terbaru selain mendorong tercapainya swasembada energi nasional dan meningkatkan bauran energi juga mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi hingga 1,4 persen setiap tahun.

Ia menjelaskan, saat ini nilai produk domestik bruto (PDB) di Indonesia mencapai sekitar Rp22 ribu triliun. Adapun, dengan merealisasikan RUPTL senilai Rp3 ribu triliun sepanjang 2025–2034, atau sekitar Rp300 triliun per tahun, diproyeksikan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 

Pasalnya, untuk setiap peningkatan ekonomi sebesar 1 persen, diperlukan tambahan PDB sebesar Rp220 triliun per tahun.

Selain itu, eksekusi RUPTL diproyeksikan akan menyerap 1,7 juta tenaga kerja yang mencakup kebutuhan industri manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan untuk infrastruktur ketenagalistrikan. Sebanyak 836.696 tenaga kerja berada di sektor pembangkit, serta 881.132 tenaga kerja berada di sektor transmisi, gardu induk dan distribusi. 

Baca Juga: Mengenal Perbedaan Mobil Listrik Murni dan Hybrid di Mesin Mobil Modern

Hal tersebut selaras dengan transisi energi yang mana sebanyak 91 persen tenaga kerja di sektor pembangkitan merupakan green jobs.

"Ini belum termasuk multiplier effect-nya. Nanti ada proyek di lokasi tertentu, saya yakin di sekitar proyek itu akan muncul gerobak nasi goreng, gerobak bakso, tukang cukur, dan warung-warung,” ucapnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan Penyusunan dokumen RUPTL PLN 2025-2034 sejalan dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). RUPTL PLN 2025-2034 juga menjadi fondasi penting dalam upaya Indonesia mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

"Komitmen Paris Agreement terkait transisi energi tidak lagi menjadi komitmen bersama dan beberapa negara keluar dari komitmen awal, namun kita harus konsisten untuk menjalankan ini dengan memperhatikan kemampuan kita dan tingkat ketersediaan energi dan keekonomian," ujar Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (26/5).

Bahlil mengatakan, Untuk mendukung distribusi dan keandalan sistem, pembangunan infrastruktur kelistrikan juga diperkuat. Pemerintah menargetkan jaringan transmisi sepanjang hampir 48.000 kilometer sirkuit (kms) dan gardu induk dengan kapasitas total 108.000 MVA, yang akan tersebar di seluruh Indonesia dari Sumatera hingga Papua.

Baca Juga: Bahlil : PLN Terima Rp4,3 Triliun untuk Listrik Desa dan BPBL 2025

"Semua desain ini, kalau jaringannya sudah mampu kita lakukan, tidak ada lagi masalah terhadap pembangkit yang kita akan bangun untuk energi baru terbarukan itu. Karena selama ini kalau kita bangun, tidak ada jaringannya, kasihan PLN bayar take or pay-nya 80% itu. Kita harus dukung penuh dengan memasang jaringan," jelas Bahlil.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: