Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Bikin Dolar AS Cs Mati Kutu, Bos!

Rupiah Bikin Dolar AS Cs Mati Kutu, Bos! Kredit Foto: Shotbycerqueira
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah semakin tak terkalahkan oleh pasukan mata uang dunia di ajang perdagangan spot Kamis (24/10/2019) pagi. Stagnansi rupiah di level Rp14.025 per dolar AS pada pembukaan pasar pagi tadi hanyalah pengecoh. Sebab, tak lama berselang, rupiah langsung membuat dolar AS dkk 'mati kutu' alias tak berdaya. 

Terhitung sampai dengan pukul 09.51 WIB, rupiah terapresiasi 0,14% ke level Rp14.009 per dolar AS. Bahkan, beberapa menit sebelumnya, rupiah mampu membuat mata uang Paman Sam itu lengeser dari level Rp14.000 menjadi hanya Rp13.990 per dolar AS.

Baca Juga: Berbanding 180 Derajat! Rupiah Balas Dendam dan Bikin Dunia Mingkem!

Sebagai catatan, dalam sepekan terakhir, rupiah mengalami kenaikan sebesar 1,19% atas dolar AS, di mana momentum politik dalam negeri menjadi stimulus terbesar bagi rupiah. Stimulus tersebut dimanfaatkan pula oleh rupiah untuk melawan dolar Australia (0,20%), poundsterling (0,13%), dan euro (0,04%). 

Performa rupiah menuju akhir pekan semakin sempurna tatkala mata uang Garuda itu mampu mencengkram semua mata uang utama di Benua Kuning. Sebagai mata uang nomor satu di Asia, rupiah unggul terhadap baht (0,26%), ringgit (0,24%), dolar Singapura (0,14%), won (0,08%), dolar Hongkong (0,06%), yuan (0,05%), dan yen (0,01%). 

Baca Juga: Rupiah Numero Uno di Asia dan Dunia, Dolar AS Lewat!

Sementara rupiah berjaya, dolar AS justru sangat merana. Mata uang Paman Sam itu memerah di hampir semua mata uang dunia, menyisakan dolar Australia, dolar New Zealand, dan dolar Kanada.

Pasukan mata uang Asia yang dipimpin rupiah pun ikut memperparah kondisi dolar AS, seperti dolar Taiwan, dolar Singapura, won, yen, dolar Hongkong, dan yuan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: