Investor miliarder Amerika dan pendiri Bridgewater, Ray Dalio (70), bicara soal paradoks uang gratis atau free money dalam ekonomi global. Menurutnya, ketimpangan ekonomi telah menjadi darurat nasional.
Dalam tulisan yang diterbitkan di LinkedIn dengan judul "Dunia Telah Gila dan Sistemnya Rusak", Dalio menulis bahwa ada sejumlah indikator ekonomi termasuk suku bunga rendah yang menyebabkan sistem kapitalisme rusak dan tidak berkelanjutan. Menurutnya, ada sejumlah masalah termasuk utang pemerintah yang makin menggunung dan melebarnya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin.
Baca Juga: Ekonomi Sulit, Kekayaan Taipan Dunia Menyusut Rp543 Kuadriliun
"Karena proses mendapatkan uang dari level atas ke pekerja dan lainnya dengan meningkatkan pendapatan dan kelayakan kredit tidak berhasil, sistem kapitalisme menjadi rusak," terang Dalio, dikutip RT, Rabu (04/11/2019).
Dalio menyalahkan kebijakan moneter the Federal Reserve karena menggelembungkan saham secara artifisial di luar nilai fundamentalnya.
"Investor punya sejumlah besar uang untuk diinvestasikan yang telah dan akan terus berlanjut, didorong oleh bank sentral yang membeli aset keuangan untuk mendorong agar kegiatan ekonomi dan inflasi terdongkrak," lanjutnya.
Menurut Dalio, orang yang kekurangan uang atau kelayakan kredit pada dasarnya tidak dapat mengakses modal. Hal ini berkontribusi pada melebarnya kesenjangan kekayaan, peluang, dan politik.
"Rangkaian keadaan ini tidak berkelanjutan dan tentu saja tidak bisa lagi didorong karena telah didorong sejak 2008. Itulah mengapa saya percaya dunia sedang mendekati perubahan paradigma besar," kata pria yang juga seorang filantropis ini.
Berdasarkan data Forbes, Dalio adalah salah seorang terkaya di AS dengan kekayaan senilai US$18,7 miliar. Ia pendiri perusahaan hedge fund terbesar Bridgewater yang mengelola dana sekitar US$160 miliar.
Bridgewater, perusahaan manajemen investasi yang dibentuk Dalio pada 1975, melayani klien-klien institusional termasuk dana pensiun, yayasan, asuransi, pemerintah asing, dan bank-bank sentral.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: