Orang-orang superkaya di dunia kehilangan US$388 miliar tahun lalu. Kekayaan mereka turun menjadi US$8,539 triliun. Gejolak geopolitik dan pasar ekuitas menjadi kambing hitam.
Menurut laporan terbaru UBS dan PwC, penurunan kekayaan yang sangat tajam terjadi di China, rumah terbesar kedua bagi miliarder setelah Amerika Serikat. Lebih luas lagi di kawasan Asia Pasifik.
Mengutip RT, Sabtu (09/11/2019), jatuhnya pasar saham, melemahnya mata uang lokal, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kekayaan kaum superkaya China turun 12,8 persen.
Baca Juga: Wadaw! Jumlah Miliarder Dunia Terus Bertambah
Pemimpin para ultra-kaya di UBS Global Wealth Management, Josef Stadler dalam laporan tersebut mengatakan, "Ledakan miliarder kini mengalami koreksi secara alami. Penyebab utamanya adalah dolar yang menguat dan ketidakpastian di pasar ekuitas di tengah kerasnya kondisi geopolitik."
Di Hong Kong, miliarder mulai terlihat memindahkan kekayaan mereka ke luar dari kota itu. "Kami mengamatinya setiap minggu. Tapi kami tidak bisa melihat banyak apa yang sedang terjadi," kata Marina Lui, Kepala UBS Wealth Management China, saat briefing di Beijing, seperti dikutip Finance-Commerce, Jumat (08/11/2019).
Hal serupa dinyatakan rekanan PwC, Harry Qin. Menurutnya, orang-orang superkaya cenderung melihat investasi jangka panjang. Kebanyakan tidak menyesuaikan alokasi global mereka dikarenakan persoalan jangka pendek yang terjadi di suatu kawasan.
Baca Juga: Kata Miliarder Ray Dalio tentang Sistem Kapitalisme Amerika
Namun, menurut Simon Smiles, Kepala Investasi UBS untuk Josef Stadler, China terus menghasilkan miliarder baru setiap dua atau dua setengah hari. Namun, jumlah miliarder turun di mana-mana di dunia, kecuali Amerika.
"Kekayaan miliarder kemungkinan naik lagi tahun ini," kata Smiles. Kemungkinan naik diam-diam dari yang diperkirakan pasar keuangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: