Tuai Kritik, Kaisar Jepang Telan Rp259 Miliar Habiskan Satu Malam Bersama Dewi
Ritual rahasia dan kontroversial Kaisar Jepang Naruhito yang salah satunya menghabiskan satu malam dengan Dewi Matahari Amaterasu, leluhur mitologis monarki, memicu kritik. Pasalnya, biaya ritual satu malam itu menghabiskan 2 miliar yen atau lebih dari Rp259 miliar. Menghabiskan malam dengan Amaterasu yang dijalani Kaisar Naruhito adalah bagian dari ritual Dijosai yang dikenal sebagai festival syukur yang agung. Acara sekali dalam masa pemerintahan ini untuk mengucapkan terima kasih atas panen yang baik, berdoa untuk perdamaian dan keselamatan bangsa dan menjadi tuan rumah bagi dewa leluhur keluarga.
Ritual Dijosai ditutup untuk umum, meski biayanya menggunakan uang pembayar pajak. Menurut para sejarawan, Daijosai menandai persekutuan pertama kaisar dengan Amaterasu, leluhur mitologis monarki, dan dengan dewa Shinto lainnya, agama keluarga kekaisaran. Ritual ini awalnya berasal dari budaya menanam padi kuno di Jepang sekitar abad ke-7.
Baca Juga: Prosesi Puncak, Kaisar Jepang Naruhito Habiskan Satu Malam Bersama Dewi
Ritual dua bagian, masing-masing berlangsung beberapa jam, dimulai Kamis malam. Naruhito, setelah memurnikan dirinya dan mengenakan jubah putih, memasuki Yukiden—salah satu dari dua aula utama di kompleks kuil yang baru disiapkan, dan sangat mahal, di dalam istananya. Hanya dia yang bisa memasuki tempat suci terdalam untuk mempersembahkan beras yang dipanen, sake, sayuran, makanan laut, dan produk lokal dari seluruh negeri kepada dewi dan dewa.
Televisi Jepang menunjukkan Naruhito, ditemani oleh asistennya, berjalan perlahan di lorong dan kemudian menghilang di balik tirai putih di pintu masuk Yukiden. Dia diharapkan akan mengucapkan doa misterius untuk perdamaian dan panen berlimpah ke arah kuil paling suci di Jepang di Ise, di mana Dewi Matahari diyakini diabadikan, kemudian mengambil bagian dari persembahan dalam persekutuan simbolis. Setelah istirahat sebentar, ia akan melakukan ritual serupa di aula utama lain, Sukiden.
Biaya mahal dalam ritual dengan sang Dewi Matahari sejatinya berasal dari harga kompleks kuil yang digunakan. Tempat tersebut bernama Daijokyu, yakni kompleks kuil dengan sekitar 30 bangunan dalam berbagai ukuran, termasuk dua aula utama, yang semuanya akan dihancurkan setelah ritual rampung. Menurut laporan AP, Jumat (15/11/2019), kompleks kuil itu sendiri berharga sekitar 2 miliar yen atau lebih dari Rp259 miliar, dan seluruh ritual akan mencapai biaya sekitar 2,7 miliar yen. Semuanya didanai oleh pemerintah yang tak lain adalah uang dari pembayar pajak.
Ritual ini pernah menyusut ketika Jepang diperintah oleh panglima perang dan monarki memiliki sedikit uang dan kekuasaan. Ada hiatus 200 tahun sebelum dipulihkan era shogun Tokugawa, yang memerintah dari abad ke-17. Ritual dan kuil diperluas ketika pemerintah sebelum Perang Dunia II mendewakan kaisar dan menggunakan statusnya untuk mendorong agresi Jepang. Peristiwa itu belum dikurangi bahkan setelah kaisar menjadi simbol belaka, tanpa kekuatan politik, di bawah konstitusi pasca-perang, dan ada sedikit debat publik tentang penggunaan uang pembayar pajak untuk acara yang sangat religius dan penuh rahasia tersebut.
Sejarawan Universitas Tokyo, Keiko Hongo, yang diundang untuk berbicara di depan komite pemerintah tentang ritual itu, mengatakan para pejabat ingin memangkas biaya acara lain tetapi tidak pada Daijosai. Ada spekulasi tentang banyak aspek ritual, tetapi terutama tentang kehadiran tempat tidur di aula utama, dan untuk apa itu digunakan. Beberapa ahli percaya bahwa kaisar menggunakannya untuk tidur bersama Dewi Matahari untuk mendapatkan keilahian. Yang lain mengatakan itu untuk dewi beristirahat dan itu tidak tersentuh oleh kaisar.
"Yang disebut tempat tidur, seperti yang kita pahami, adalah tempat suci bagi leluhur kekaisaran untuk beristirahat," kata Perdana Menteri Toshiki Kaifu sebelum Daijosai tahun 1990 dilakukan oleh mantan Kaisar Akihito, ayah kaisar saat ini. Para pejabat membantah bahwa kaisar menggunakan ranjang itu untuk mendapatkan keilahian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: