Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perang Dagang Menggila, Rupiah Bye-Bye!

Perang Dagang Menggila, Rupiah Bye-Bye! Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bagai peribahasa jauh panggang dari api, begitulah gambaran upaya damai dagang antara AS dan China. Negosiasi panjang yang dilakukan selama 18 bulan terakhir harus berujung pada potensi batalnya penandatanganan perjanjian dagang oleh Donald Trump dan Xi Jinping pada tahun ini. 

Terlebih lagi, saat ini pembicaraan kedua negara dengan ekonomi terkuat di dunia itu semakin meluas. Bukan hanya soal tuntutan pembatalan tarif, melainkan juga merambah kepada ketegangan atas Hong Kong yang berkaitan erat dengan posisi China.

Baca Juga: Angkat Tangan Soal Kesepakatan Dagang Trump-Xi Jinping, China Siap untuk Skenario Terburuk!

Perang dagang yang semakin menggila dan tak berujung itu kembali mengguncang psikologis pelaku pasar secara global. Tekanan jual mewarnai di hampir semua pasar, baik pasar saham maupun pasar spot. Rupiah, menjadi salah satu korbannya.

Pelaku pasar nampak tanpa ragu mengucapkan selamat tinggal kepada rupiah dan kembali ramai mengoleksi mata uang safe haven, dolar AS. Alhasil, sampai pukul 15.35 WIB, rupiah terkontraksi -0,13% ke level Rp14.113 per dolar dan sekitar pukul 14.00 WIB, dolar AS menembus level tertingginya di angka Rp14.118.

Baca Juga: Rupiah Kebobolan! Dolar AS Tembus Rp14.100

Tak hanya dolar AS, rupiah juga terkalahkan oleh mata uang utama di dunia lainnya, yaitu dolar Australia (-0,10%), euro (-0,20%), dan poundsterling (-0,21%). Rupiah juga tak mampu berbuat banyak di Asia dengan statusnya sebagai mata uang terlemah di Benua Kuning setelah won (+0,42%), ringgit (+0,18%), dan dolar Taiwan (+0,02%). 

Sore ini, rupiah tertekan mendalam oleh yen (-0,26%), dolar Hongkong (-0,17%), dolar Singapura (-0,07%), dan yuan (-0,05%). 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: