Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

FPG Indonesia Beberkan Tantangan Dunia Periklanan di Era Disrupsi

FPG Indonesia Beberkan Tantangan Dunia Periklanan di Era Disrupsi Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Disrupsi teknologi telah mengubah tatanan industri dan perekonomian Indonesia, termasuk ranah periklanan dan pemasaran. Perkembangan teknologi digital juga mengubah perilaku masyarakat dalam penggunaan media.

Pelaku bisnis, termasuk advertising agency maupun creative agency perlu melakukan berbagai adaptasi untuk menyesuaikan bisnisnya.

Demikian diungkapkan oleh Wahab Afwan, Managing Director FPG Indonesia, menanggapi tantangan industri periklanan di era industri 4.0. Menurutnya, dalam hal konsumsi media, masyarakat saat ini mulai terbiasa membaurkan konsumsi media konvensional dan media sosial, seperti menonton siaran langsung televisi sembari meng-update status.

Baca Juga: Pertumbuhan Pasar Periklanan Melambat, Per Oktober 2018 Hanya Capai 4%

Karena itu, dalam menyusun strategi komunikasi harus semakin cerdas dengan konsep kreatif yang menarik dengan pemilihan media yang tepat.

"Tantangan bagi dunia kreatif, bagaimana membuat karya iklan bisa mencuri perhatian audiens dan pesannya sampai," ungkap Afwan.

Selain kreativitas, lanjut Afwan, pemilihan media yang tepat juga perlu mempertimbangkan perubahan perilaku dari media konvensional ke media digital. Saat ini, jika tertarik dengan produk tertentu melalui aplikasi, maka perangkat logaritma akan terus mengikuti kita dengan produk atau hobi yang sesuai.

Berdasarkan catatan Nielsen, September lalu, angka belanja iklan di media TV, cetak, dan radio dari Juli 2018 sampai Juni 2019 menembus Rp156 triliun atau naik dua persen. Televisi masih mendapatkan porsi iklan paling besar. Menariknya, angka belanja iklan media digital tumbuh dan memberikan kontribusi sebesar Rp9,3 triliun.

Sementara industri periklanan di Indonesia akan terus tumbuh dan beradaptasi dengan era digitalisasi. Kalangan bisnis perlu terus memperhatikan bagaimana daya beli konsumen akan bergeser karena pergeseran Social Economy Status (SES) yang akan lebih banyak ke segmen middle low.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: