Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BCA Berniat Manfaatkan Blockchain, Pengamat: Siapa Yang Akan Percaya?

BCA Berniat Manfaatkan Blockchain, Pengamat: Siapa Yang Akan Percaya? Kredit Foto: Pixabay
Warta Ekonomi, Bogor -

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) meyakini pemanfaatan teknologi blockchain bakal cukup membantu perbankan untuk menekan beban operasional yang selama ini relatif cukup tinggi.

Sistem penyimpanan data di blockchain yang bersifat decentralized disebut dapat menekan biaya investasi dalam hal pengadaan server utama, sedangkan kemampuan blockchain menghubungkan dua atau lebih pihak secara bilateral secara realtime juga diperkirakan dapat membuat rantai transaksi perbankan menjadi lebih simpel dan murah.

"Secara beban operasional akan cukup membantu. Dan itu membuat kami tertarik (untuk mulai menggunakan blockchain)," ujar Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja, di sela pembukaan kompetisi teknologi informasi (information technology/IT) bertajuk Financial Hackaton (Finhacks) di Jakarta, Sabtu (23/11/2019) lalu.

Baca Juga: Pertama di Indonesia, BCA Gelar Kompetisi Blockchain

Menurut Jahja, pemanfaatan blockchain sesuai dengan tren bisnis perbankan yang terjadi saat ini di mana jumlah transaksi offline lewat mesin ATM dan kantor cabang terus menyusut. Di BCA sendiri, bila dulu transaksi di kantor cabang bisa mencapai 17 persen, kini hanya bersisa 1,8 persen.

Sementara, transaksi di ATM dari semula 71 persen juga menyusut drastic menjadi hanya tersisa 17 persen. Sementara di lain pihak transaksi online melalui m-banking dan internet banking terus melonjak dan kini sudah mencapai 75 persen. Meski demikian, alih-alih mendapat respons positif, minat yang ditunjukkan oleh BCA justru dipertanyakan oleh sebagian kalangan pegiat blockchain sendiri.

Peneliti blockchain dari Monash University, Australia, Dimaz Ankaa Wijaya, misalnya, menilai bahwa ketertarikan BCA untuk dapat mengimplementasikan teknologi blockchain di sistem dan proses bisnisnya cukup bisa diragukan. Dimaz pun menyoroti salah satu rencana BCA yang bakal memanfaatkan teknologi blockchain untuk dapat memperkuat bisnis remitansinya.

Dalam pandangan Jahja, sifat transaksi blockchain yang realtime akan sangat memudahkan perbankan untuk dapat melakukan pengiriman dana bahkan lintas negara secara lebih cepat dan simpel.

"Pertanyaannya juga simpel: siapa pihak atau masyarakat yang sudah mau percaya dengan penggunaan teknologi blockchain? Sudahkan mereka (BCA) membuat surveinya? Karena setahu saya respons masyarakat terhadap image blockchain itu sendiri sejauh ini belum begitu baik. Kalau BCA-nya sendiri percaya tapi pasarnya tidak (percaya), ya buat apa?" ujar Dimaz.

Dengan pemikiran tersebut, Dimaz pun menyarankan agar BCA maupun perbankan lain tidak terburu-buru dan harus mempertimbangkan dengan seksama sebelum benar-benar mengimplementasikan teknologi blockchain dalam kinerja bisnisnya. Hal tersebut perlu dilakukan agar di kemudian hari ketika terjadi hal-hal tak diinginkan, hal itu sudah diantisipasi dan tidak malah menjadi backfire terhadap perkembangan blockchain sendiri.

"Perlu ditinjau lagi, dipertimbangkan lagi dengan matang, seberapa urgent sih menggunakan blockchain. Kalau dengan teknologi yang saat ini saja sudah bisa di-backup, lalu ngapain pakai blockchain? Jangan buru-buru karena blockchain ini sebuah teknologi yang benar-benar baru dan totally berbeda dengan teknologi-teknologi yang ada sebelumnya. Jadi jangan gegabah," tegas Dimaz.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: