Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biar Bisnis Marketplace Berkembang, Indonesia Butuh Blockchain

Biar Bisnis Marketplace Berkembang, Indonesia Butuh Blockchain Bitcoin barulah salah satu produk yang memanfaatkan teknologi blockchain. Di luar itu, masih banyak area bisnis lain memakai blockchain. Tapi, blockchain ini bisa jadi ancaman bagi banyak sektor industri seperti perbankan dalam hal payment system. Blockchain diyakini akan merevolusi proses bisnis. | Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebagai salah satu pelaku bisnis marketplace dan e-commerce terbesar di dunia, Alibaba dianggap dapat dijadikan rujukan bagi para pelaku bisnis sejenis yang tengah mengembangkan size dan penetrasi pasarnya.

Tak terkecuali bagi pelaku bisnis sejenis di Indonesia. Berbagai konsep dan manajemen bisnis yang diterapkan oleh Alibaba dinilai sangat layak untuk ditiru dan diaplikasikan, seperti halnya pemanfaatan teknologi blockchain.

"Kita punya potensi talenta muda yang luar biasa, harus dimanfaatkan. Alibaba sudah mendapatkan manfaat yang sangat besar dari teknologi blockchain, seperti yang mereka lakukan saat pesta diskon 11.11.2019 kemarin. Penjualan kotor mereka saat itu mencapai 268,4 miliar yuan atau sekitar Rp535 triliun. Ini benar-benar luar biasa. Kenapa kita tidak menciptakan marketplace dengan pasar Indonesia semacam itu (menggunakan blockchain)?" ujar Duta Besar RI untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun di Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Baca Juga: Masa Depan Sektor Keuangan dan Industri Ada di Blockchain

Kehadiran Djauhari ke Indonesia untuk mengajak CEO Blockchain Center Global, Sam Lee, guna berbagi pengetahuan dan informasi tentang blockchain pada publik dan berbagai pemegang regulasi di Indonesia.

Salah satunya, Sam dan Djauhari bertemu dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia guna membahas berbagai potensi investasi terkait pengembangan blockchain di Indonesia.

"Saya punya misi untuk memperkenalkan rantai digital (blockchain) ini secara lebih mendalam pada masyarakat Tanah Air. Mungkin di sini (Indonesia) teknologi (blockchain) ini masih dianggap baru, tapi bagi masyarakat Tiongkok, hal ini sudah lazim digunakan untuk sehari-hari. Saya menyaksikannya sendiri, karena itu saya bawa pengalaman itu untuk kita kembangkan bersama-sama di sini (Indonesia)," tutur Djauhari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: