Bangkok Bank Tendang Astra dan Standard Chartered, PermataBank Curhat Gini
Bangkok Bank Public Company Limited atau Bangkok Bank menendang PT Astra International Tbk (Astra) dan Standard Chartered Bank (Standard Chartered) dari posisi tertinggi di PT Bank Permata Tbk (BNLI).
Manajemen Bank Permata pun buka mulut terkait dengan kejadian tersebuut. Presiden Direktur PermataBank Ridha DM Wirakusumah mengatakan Bangkok Bank merupakan salah satu bank terbesar di Thailand dengan jaringan yang luas, kemampuannya di lintas pasar utama Asia
“Bangkok Bank akan menjadi pemegang saham mayoritas PermataBank setelah transaksi diselesaikan. Kami akan saling melengkapi penawaran dan membawa nilai tambah yang signifikan bagi klien dan nasabah PermataBank," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Baca Juga: Terima Pinangan Bangkok Bank, Saham Astra dan Bank Permata Bikin Kalap!
Dalam kesempatan ini, Ridha juga tak lupa mengungkapkan bahwa Astra dan Standard Chatered memiliiki peranan yang besar dalam membawa Permata Bank menjadi seperti saat ini.
"Keduanya telah memainkan peran utama dalam membawa PermataBank ke posisinya hari ini yakni bank yang menguntungkan dengan aset dan pertumbuhan yang sehat. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Standard Chartered dan Astra atas kepercayaan dan dukungan yang diberikan kepada kami sejak 2004," ucapnya.
Sebagia informasi, Bangkok Bank memborong sebanyak 89,12% saham PermataBank senilai Rp37,43 triliun dari Astra dan Standard Chatered.
Baca Juga: 89,12% Saham Bank Permata Dicaplok Bangkok Bank
Bangkok Bank mengantisipasi untuk melakukan penawaran tender wajib untuk sisa 10,88% saham Permata setelah penyelesaian akuisisi 89,12% saham. Transaksi akan dilakukan berdasarkan penilaian yang disepakati sebesar 1,77 kali lipat dari nilai buku Permata (tergantung penyesuaian tertentu).
Berdasarkan nilai buku Permata pada 30 September 2019, harga pembelian indikatif Rp1.498 per saham dan nilai transaksi indikatif Rp37.43 triliun untuk kepemilikan 89,12% dan Rp42 triliun untuk kepemilikan 100,0%.
Harga yang harus dibayar oleh bank untuk kepemilikan 89,12% di Permata akan diselesaikan berdasarkan 1,77 kali lipat dari nilai buku Permata (tergantung penyesuaian tertentu), sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan terakhir yang diterbitkan oleh Permata sebelum penutupan dari transaksi.
Baca Juga: Ya Nasib! Bak Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula: Nasib Saham Bank Permata. . . .
Penyelesaian transaksi tunduk pada sejumlah kondisi yang terjadi sebelumnya termasuk persetujuan pengaturan dari Bank Thailand dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan persetujuan rapat umum pemegang saham bank.
Akuisisi ini akan dibiayai melalui kombinasi sumber daya internal dan kegiatan pendanaan rutin Bangkok Bank.
Akuisisi ini diharapkan akan menambah laba per saham Bangkok Bank dan laba atas ekuitas segera setelah penyelesaian, sementara posisi modal bank diperkirakan akan tetap kuat setelah selesainya transaksi.
Chairman Bangkok Bank Piti Sithi-Amnuai, dalam pernyataan pers, mengatakan, "Ekspansi internasional adalah strategi utama kami. Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia dengan fundamental makroekonomi yang menarik, demografi yang menguntungkan, dan peningkatan integrasi regional Asean."
"Kami percaya perbankan Indonesia siap untuk terus memberikan pertumbuhan yang menarik dengan tetap menjaga margin yang sehat. Permata menawarkan platform yang diskalakan dengan kemampuan yang melengkapi tujuan kami, termasuk jaringan distribusi yang luas, waralaba dan merek deposito ritel yang kuat, dan kemampuan digital canggih," tambah Chartsiri Sophonpanich, Presiden Bangkok Bank.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri