Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kuala Lumpur Summit Tandai Berakhirnya Cengkraman Arab Saudi untuk Dunia Muslim

Kuala Lumpur Summit Tandai Berakhirnya Cengkraman Arab Saudi untuk Dunia Muslim Kredit Foto: Antara/Agus Setiawan

Akademisi Palestina yang berbasis di London, Azzam Tamimi, mengatakan KTT KL menunjukkan bahwa para pemimpin Muslim utama telah memutuskan untuk "mengadopsi kebijakan atau posisi yang lebih harmonis dengan sentimen yang diungkapkan oleh rakyat mereka".

Tamimi, yang mengepalai Alhiwar TV —saluran satelit urusan Arab yang kritis terhadap kebijakan Arab Saudi— mengatakan para pemimpin di KTT KL hampir saja membentuk aliansi yang menentang "koalisi pasukan kontra-revolusioner yang dipimpin Arab Saudi-Uni Emirat Arab di dunia Muslim".

Koalisi yang dimaksud itu adalah pakta militer yang terlibat pemboman terhadap pemberontak Houthi di Yaman untuk mendukung pemerintah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi yang pro-Riyadh.

Baca Juga: Mahathir Mohamad Pimpin Penutupan KL Summit 2019

"Saya mengagumi emir Qatar karena menolak tekanan yang dilakukan pada negaranya yang mungil dari entitas yang jauh lebih besar di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Mesir," kata Tamimi kepada FMT.

Sarjana terkemuka Turki, Mustafa Akyol, berbagi pandangan yang sama. Menurutnya, KTT KL mampu memecah narasi anti-Syiah berpanjangan yang diarahkan oleh dunia Sunni terhadap Iran.

"Sektarianisme adalah masalah utama di dunia Muslim saat ini, dan cara yang tepat untuk menanganinya bukan dengan membangun 'blok Sunni' terhadap Iran, seperti yang dipikirkan beberapa orang, tetapi lebih tepatnya tidak memiliki blok sama sekali," kata penulis yang berbasis di Amerika Serikat (AS) tersebut kepada FMT.

Akyol, yang telah mengkritik kebijakan tidak demokratis oleh pemerintah Muslim termasuk Malaysia, juga menyambut pendapat "jujur" Mahathir bahwa umat Islam telah kehilangan rasa hormat di panggung global.

“Izinkan saya menambahkan bahwa inilah tepatnya 'liberal Muslim' yang banyak direndahkan, termasuk diri saya secara rendah hati, menyerukan untuk memikirkan kembali beberapa masalah penting dalam tradisi Islam," paparnya.

“Kami melihat bahwa dengan ajaran agama yang tidak menghormati kebebasan, fanatik dan menindas, kami hanya merusak agama kami dan masyarakat kami,” kata Akyol, yang kuliahnya di Malaysia berakhir secara tiba-tiba dengan penangkapannya oleh Jawi, otoritas Islam di Kuala Lumpur.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: