Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebilah Gapit di Antara Gadget dan Deru Mesin Pabrik

Sebilah Gapit di Antara Gadget dan Deru Mesin Pabrik Kredit Foto: Taufan Sukma

Enterpreneurship

Namun demikian, terkait minimnya minat generasi muda untuk ikut melanjutkan tradisi membuat wayang kulit ini, Ayyi menilai perlu adanya terobosan-terobosan baru dalam hal cara pandang masyarakat terhadap produk wayang itu sendiri.

Harus diakui, masyarakat modern saat ini telah terlanjur menstigma wayang sebagai produk yang jadul dan tidak memiliki prestise yang tinggi. Pandangan ini lah menurut Ayyi yang perlu dipatahkan oleh para perajin wayang Dukuh Butuh, tentunya dengan bantuan dari Astra Group.

“Yang dikejar anak-anak muda ini untuk kerja di pabrik apa sih? Sedangkan sudah disebutkan bahwa secara penghasilan justru produksi wayang ini yang lebih menjanjikan. Jadi apa yang mereka cari? Prestise bahwa mereka bekerja di perusahaan besar. Itu kuncinya,” tutur Ayyi.

Pandangan semacam itu, menurut Ayyi, tidak hanya menjangkiti masyarakat desa yang notabene secara umum tingkat pendidikannya terbatas. Bahkan, Ayyi menjelaskan, di kota-kota besar di mana masyarakatnya berpendidikan tinggi pun hingga saat ini masih ada sebagian yang berpandangan demikian.

Namun, pandangan tentang ‘kebanggan bekerja di perusahaan besar’ itu perlahan kini mulai terpatahkan dengan hadirnya konsep entrepreneurship. Alhasil, mulai banyak kini anak-anak muda yang ketika lulus dari bangku kuliah, tidak lagi tertarik untuk berebut menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan swasta besar atau perusahaan multinasional.

“Secara bertahap anak-anak muda ini kita kenalkan dengan konsep entrepreneurship, konsep kewirausahaan, konsep kemandirian finansial tanpa harus bekerja ikut orang lain, perusahaan lain. Dan akhirnya mereka lebih bangga bikin usaha sendiri. Bikin warung kopi sendiri, bisnis clothing sendiri. Ini mungkin perlu ditularkan juga ke generasi muda di Dukuh Butuh,” tukas Ayyi.

Dengan pendekatan yang berbeda ini, Ayyi berharap generasi muda Dukuh Butuh ke depan tidak lagi galau dalam menentukan sikap dan pilihan apakah tetap silau dengan nama besar sebuah perusahaan atau pabrik tempat dia bekerja, atau mulai bangga dengan potensi yang dimiliki baik secara pribadi maupun bekal turunan dari keluarga besar.

Ayyi menegaskan bahwa di era disruptif seperti saat ini, pilihan untuk berwirausaha seperti menjadi perajin wayang adalah sebuah pilihan yang paling tepat dan bijak.

“Kenapa? Karena dengan berwirausaha semua kendali ada di kita sendiri. Mau rajin atau malas, akan langsung membawa pengaruh pada apa yang kita dapatkan. Beda dengan kerja di pabrik atau di perusahaan milik orang lain, meski kita rajin, tekun, inovatif dan semacamnya, kalau perusahaannya gulung tikar kita bisa apa? Dengan berwirausaha, maka rejeki kita tidak bergantung pada (perusahaan) orang lain. Itu jauh lebih membanggakan. Dan terbukti secara penghasilan ternyata juga jauh lebih oke. So, kenapa masih ragu jadi perajin wayang?” tegas Ayyi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: