Dompet Dhuafa mengajak masyarakat melestarikan pencak silat sebagai warisan budaya Indonesia. Melalui buku The Power of Silat yang diluncurkan lembaga Filantropi bernafas Islam berkhidmat pemberdayaan kaum Dhuafa ini berharap bahwa Pencak Silat memberikan manfaat dampak positif dalam kehidupan.
“Pencak silat selain sebagai budaya juga menjadi identitas bangsa Indonesia,” ujar Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, Nasyith Madjidi, pada acara pentas dan peluncuran buku The Power of Silat, di DMall Depok belum lama ini.
Baca Juga: Dompet Dhuafa Gandeng Milenial Kembangkan Sentra Peternakan Kambing
Tokoh pencak silat internasional, Mayjen TNI Purn Eddie M Nalapraya, mengapresiasi Dompet Dhuafa yang turut mengembangkan pencak silat. Menurut Eddie Pencak silat bukan hanya untuk beladiri tapi juga untuk kehidupan, dan untuk menjaga ahlak yang baik. Tidak hanya itu, silat juga untuk beladiri dan kesehatan, dan untuk kesejahteraan.
"Dalam silat ada aspek keamanan dan kesejahteraan, Ini bisa menjadi ketahanan bangsa Indonesia,” jelas Eddie.
Eddie menjelaskan, saat ini sudah ada 70 negara yang menggemari silat. Dan silat sudah diakui oleh badan dunia, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Baca Juga: Dompet Dhuafa Luncurkan Jaringan Global di 30 Negara
"Karena itu kita harus kembangkan," tegas Eddie yang menjadi guru besar silat Indonesia.
Eddie juga mengajak generasi muda belajar dan mencintai budaya silat. Menurutnya mempejari silat bisa dari media apapun, termasuk dari buku dan juga youtube.
"Coba buka di Youtube ada Ksatria Bangsa, dan perjalanan silat menuju Unesco,” ujar Eddie.
Sementara itu, Herman Budianto, Direktur Zona Madina, Dompet Dhuafa menjelaskan, Dompet Dhuafa mendorong dan melestarikan silat melalui Kampung Silat Jampang. Pada 2008 Dompet Dhuafa mengumpulkan para guru silat untuk mengembangkan sikat.
"Kami tidak ingin silat mati obor, gurunya meninggal silat turut mati," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Lestari Ningsih