Turunnya suku bunga, yang diikuti dengan realisasi kebijakan omnibus law akan mampu menggenjot masuknya investasi, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini, tambah Lucky.
Penopang lainnya yang membuat pasar saham akan lebih bergairah tahun ini adalah rencana kenaikan pajak reksa dana atau mutual fund menjadi 10% dari yang saat ini berlaku sebesar 5%.
Semula kenaikan pajak reksa dana direncanakan pada 2014, namun kenaikan tersebut tertunda. Menurut Lucky, rencana kenaikan pada 2021 ini, kemungkinan tidak akan mundur lagi karena dana kelolaan reksa dana sudah naik cukup signifikan dalam lima tahun terakhir, dan di sisi lain pemerintah berencana memotong pajak bagi korporasi.
Untuk menjaga pendapatan pajak negara tetap stabil, pendapatan negara yang berkurang akibat potongan pajak korporasi, sebagian akan ditutupi dari kenaikan pajak reksa dana.
Rencana kenaikan pajak reksa dana ini akan menjadi katalis bagi investor untuk kembali masuk ke pasar saham. Meski kondisi perekonomian global masih dihantui sejumlah ketidakpastian, investor asing diperkirakan akan kembali melirik pasar saham negara berkembang, setelah tahun lalu, investor asing membukukan aksi jual yang cukup besar.
"Berbagai skenario di atas membuat kami cukup yakin pasar saham akan kembali bergairah pada tahun ini, sehingga bisa mendorong indeks naik hingga ke level 7.000," papar Lucky.
Sektor-sektor yang masih positif sepanjang tahun ini diperkirakan berasal dari emiten perbankan, tembakau/rokok, CPO, dan obat-obatan. Sementara beberapa sektor yang harus dicermati di antaranya batu bara, konsumer terkait ritel sebagai dampak dari kenaikan iuran BPJS, terang Lucky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: