Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

IHSG Terpukul Kebijakan Tarif Trump, Bisa Amblas Hingga 3%

IHSG Terpukul Kebijakan Tarif Trump, Bisa Amblas Hingga 3% Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan tertekan setelah libur panjang Idulfitri 1446 Hijriah. Pada perdagangan Selasa (8/4/2025) mendatang IHSG akan terpuruk akibat kebijakan tarif timbal balik atau "reciprocal tariffs" yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pengamat pasar keuangan Ibrahim Assuaibi memperingatkan bahwa IHSG berpotensi turun 2-3% dalam beberapa hari ke depan.

"Indeks harga saham gabungan ini kemungkinan besar akan mengalami penurunan 2-3%. Dampak perang dagang ini cukup luar biasa, apalagi Indonesia masuk dalam daftar negara yang dikenakan biaya impor oleh AS," kata Ibrahim.

Sepanjang tahun ini, IHSG telah anjlok 8,04% atau 569,28 poin ke level 6.150,62. Pada awal tahun, indeks masih berada di posisi 7.079,90. Bahkan, pada 24 Maret 2025, IHSG sempat merosot hingga ke level 5.971. Tekanan ini semakin diperburuk oleh aksi jual bersih (net sell) investor asing yang telah mencapai Rp29,92 triliun sejak awal tahun.

Baca Juga: IHSG Anjlok, Prabowo Siap Temui Investor Pasar Modal Usai Lebaran

Pelemahan IHSG terjadi setelah Trump mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia yang dikenakan tarif 32%. Dalam pernyataannya di Rose Garden, Gedung Putih, Rabu (2/4) waktu AS atau Kamis (3/4) pagi waktu Indonesia, Trump menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan melindungi ekonomi AS dari praktik perdagangan yang dianggap merugikan.

"Selama beberapa dekade, negara kita telah dijarah, dirampok, dan dieksploitasi oleh negara-negara lain, baik yang berteman maupun yang bermusuhan," ujar Trump.

Menurut Gedung Putih, kebijakan ini didasarkan pada neraca perdagangan yang dinilai merugikan AS. Data Reutersmenunjukkan bahwa Indonesia memiliki defisit perdagangan sebesar US$18 miliar terhadap AS, di mana nilai impor AS dari Indonesia lebih besar dibandingkan ekspornya ke Indonesia.

Selain itu, AS juga menuding Indonesia menerapkan tarif impor tinggi terhadap barang-barang AS, yakni sebesar 64%. Washington menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk manipulasi mata uang dan hambatan perdagangan yang merugikan perekonomian AS.

Baca Juga: Trump Naikkan Tarif, Rupiah Rontok! Hati-hati, Bakal Tembus ke Rp17.000

Kebijakan ini tidak hanya berdampak pada pasar saham, tetapi juga nilai tukar rupiah yang terus melemah. Rupiah di pasar spot tercatat berada di level Rp16.769 per dolar AS pada Kamis (3/4), melemah 0,33% dari penutupan sebelumnya di Rp16.713 per dolar AS. Ibrahim memperingatkan bahwa rupiah berpotensi menyentuh Rp16.900 dalam waktu dekat dan bahkan bisa menembus Rp17.000.

"Ini harus diwaspadai, ada kemungkinan besar rupiah akan terus melemah akibat ketidakpastian ekonomi global," ujar Ibrahim.

Sejumlah negara lain juga dikenakan tarif tinggi oleh AS, termasuk China (34%), Uni Eropa (20%), Vietnam (46%), Jepang (24%), dan Korea Selatan (25%). Trump menegaskan bahwa tarif tersebut masih tergolong ringan jika dibandingkan dengan kebijakan perdagangan negara-negara tersebut terhadap AS.

Pasar saham dan mata uang global kini menghadapi ketidakpastian yang semakin besar akibat langkah proteksionisme AS ini. Para pelaku pasar diperkirakan akan bersikap lebih hati-hati dalam menyikapi perkembangan kebijakan ekonomi global yang terus berubah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: