Terkait hal itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa secara tegas meminta pada dunia usaha dan dunia industri untuk meningkatkan budaya K3 seluruh tenaga kerjanya. Dengan membudayakan K3 pada DUDI akan mampu menihilkan kecelakaan kerja di Jatim.
“Kesempatan bulan K3 ini harus menjadi bagian untuk melakukan koreksi bersama pada seluruh lini di semua skala perusahaan, baik kecil, sedang maupun besar. Semua juga harus berikhtiar bagaimana menihilkan kecelakaan kerja dan menihilkan sesuatu yang tidak sehat akibat kerja,” tegas Khofifah,” ujar Khofifah terkait bulan K3 di Jatim.
Wanita nomer satu di Jatim ini juga menegaskan, bahwa provinsi Jatim sampai dengan tahun 2019 masih tercatat sebagai Pembina Terbaik K3. Harapannya untuk tahun ini dan selanjutnya Jatim masih tetap menduduki Pembina Terbaik Tingkat Nasional. Dimana hal ini sebagai barometer capaian penerapan K3 di semua tempat kerja baik formal maupun informal di Jatim. Untuk itu lanjutnya, menihilkan kecelakaan kerja dan menihilkan sesuatu yang menjadikan tidak sehat akibat kerja merupakan dua hal yang masing-masing harus dijaga.
“Pada posisi seperti inilah, di bulan K3, kami meminta kepada seluruh institusi di dunia usaha dan dunia industri semuanya untuk berikhtiar bagaimana menihilkan kecelakaan kerja,” kata Khofifah.
Sementara itu Anggota Komisi DK3P Jatim, Edi Priyanto menyatakan, bahwa kecelakaan kerja diwilayah Jatim masih sering terjadi. Namun kata Edi, angka kecelekaan ini alami penurunan sepanjang tahun 2019 jika dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun alami penurunan angka kecelekaan kerja perlu dilakukan usaha bersama untuk menumbuhkan kesadaran berperilaku K3 yang tidak hanya diberlakukan pada pekerjaan formal dalam sebuah badan usaha/perusahaan namun juga pada pekerjaan sektor informal.
"Perlu peran dan dukungan seluruh pihak baik manajemen perusahaan maupun pekerja dan masyarakat, untuk melakukan upaya pencegahan/preventif guna meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja," kata Edi .
Lebih lanjut Edi menyebutkan, terjadi kecelakaan tidak hanya dilingkup perusahaan saja didalamnya, terdapat angka kejadian kecelakaan lalu lintas yang jumlahnya terbilang cukup tinggi.
“Pekerja juga harus diedukasi agar dalam berkendara dilakukan dengan aman baik pada saat berangkat ke tempat kerja maupun perjalanan pulang kembali ke rumah (safety riding),” kata Edi.
Dikatakan pula, nenumbuhkan budaya K3 (safety culture) menjadi penting untuk diperhatikan guna meminimalkan risiko cedera dan terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan tindakan/perilaku berbahaya yang saat ini masih menjadi mendominasi.
"Mari kita mengajak dan mengkampanyekan bersama untuk berperilaku selamat, karena orang lain dan masyarakat disekitar kita juga membutuhkan keselamatan," pungkas Edi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil