Ngomongin Startup Marketplace Pariwisata dan Solo Traveling Bareng CEO Pigijo
Tantangan bisnis Pigijo itu apa?
Tantanganya ada dua hal, satu adalah teknologi gap antara si user sama si pelaku industri pariwisata. Oke, usser sudah canggih dsb., pelaku-pelaku pariwisata di Indonesia masih kurang memahami digital, me-manage inventory schedule dia menjadi suatu schedule yang bisa dia publish, gimana dia bisa diakses digital, jadi ada gap nih.
Kedua, tentunya behavior yang harus kita antisipasi juga chance management juga jadi penting. Kadang sudah ada orang yang booking eh dia lupa, terus ada mas becak datang bawa turis oh ada-ada, dikasih kuncinya. Nah, pas si turis datang kok kamar saya ditempatin katanya masih ada. Itu kan ada chance behavior yang kami musti aturin kaya gitu. Ya itu menjadi tantangan.
Baca Juga: Suka Wisata ke Lokasi yang Sejuk? Santai, Maskapai Ini Bisa Disewa buat Travelling ke Antartika Kok
Selain itu, bisnis kami itu lancar tapi kalau harga pesawat murah. Intinya adalah membuat senyaman mungkin si traveler untuk movement. Meski tidak ambil dari sisi flight, ketika flight mahal, orang gak jalan-jalan. Kami memang punya ketergantungan yang tinggi ke eksternal faktor itu.
Sebagai marketplace, digitalisasi apalagi yang akan dilakukan Pigijo?
Nah, akhirnya kami lakukan tuh gap bridging-nya, jadi kami investasi di Pigijo untuk membangun sebuah system dashboard yang kami berikan secara cuma-cuma kepada mitra bisnis. Jadi, kaya misalnya dia punya homestay, tapi dia tidak punya tools untuk me-manage inventory kamar, kami kasih. Jadi, kami bangun inventory misalnya car rental. Kami kasih sistem supaya dia bisa me-manage bisnisnya dengan baik.
Roadmap pigijo hal terdekat apa yang akan diperluas pigijo?
Kalau kami sekarang lagi pengen memperkuat fitur di platform kami. Jadi kami lakukan IPO karena ingin memperkuat di teknologi. Fitur bukan hanya untuk transaksi, tapi kami kepengen jadi fitur yang sifatnya referensi.
Dalam waktu dekat, kami sedang menyelesaikan platform untuk si traveler sebagai referensi. Kalau transaksi, kami sudah ada saat ini kekuatannya di local experience, travel assistance, local homestay, local transportation.
Untuk jangka panjang, kami kepengen jadi travel planner yang lebih advance ya. Kami pengen lebih lengkap fitur planning termasuk bagaimana planning dari sisi budget. Target kami dua tahun, 2022 sudah full fitur sebagia travel planner.
Milenial kan sebagia ceruk pasar dan juga SDM di Pigijo, apa uniknya sih, Bu?
SDM kita 80% milenial, yang gak milenial cuma bertiga saya, CMO, dan ada satu lagi COO. Jadi saya karena sebelumnya di profesional, yang lain kami hire fresh graduate. Cuma memag anak-anak traveler, jadi salah satu require dia juga traveler supaya memahami bisnisnya.
Kalau dari karyawan, uniknya satu mereka kreatif banget. Saya punya karyawan milenial sekalian observe behavior milenial itu seperti apa. Jadi satu mereka kreatif banget, kedua memang instan, gak mau repot banget, itu tipikal anak-anak sekarang. Makanya tugas kita kasih lebih kecilin, karena kalao dikasih tax panjang percuma. Nah, si leader yang harus bisa men-compail tax menjadi project. Jadi yang mesti pinter project leader dan manajemennya. Tanpa itu, untuk handle perusahaaan startup dengan karyaawan sebagian besar adalah milenial pasti keteteran. Kekuatanya mesti di project manajemen.
Itu juga yang dilakukan ke pelanggan, mungkin paketnya yang simple. Tapi mereka bisa bikin planning.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Puri Mei Setyaningrum