Ngomongin Startup Marketplace Pariwisata dan Solo Traveling Bareng CEO Pigijo
Setelah satu tahun lebih berdiri, saat ini bisnis Pigijo bagaimana?
Kami ada tiga fase, fase pertama development platform, marketing sama mitra, kemudian perluas untuk transaksi.
Pengguna saat ini sudah 2.000-3.000 untuk user, untuk mitra sudah 4.800. Kami sudah menginventarisasi seluruh tititk destinasi di Indonesia ada hampir 5.000 kami titikin, sampai kecil-kecil di Indonesia. Ini hasil research dan kerja sama dengan komunitas di daerah.
Pengguna kebanyakan user dari Indonesia, tapi yang review belum transaksi cuma view itu dari luar negeri sudah mulai banyak, sekitar 25% dari luar negeri. Itu lumayan, sekarang banyak dari Rusia dan India.
Baca Juga: Tahun Pertama Masuk Bursa, Pigijo Ingin Raup Untung
Sebagai marketplace, seperti apa kondisi keuangan Pigijo?
Kami peroleh revenue itu dari transaksi, margin (keuntungan) kami 10-15% dari total transaksi. Kalau buat mitra, keuntungannya dia dapat fasilitas, jadi tinggal terima order, bagi traveler lebih aman karena uang di kami.
Target laba kami 6 tahun dari sekarang, saat ini pendanaan dari IPO aja untuk masa development tiga hal tadi: platform, marketing sama mitra udah, kemudian kita perluas untuk transaksi.
Berbicara soal IPO, kenapa Pigijo berani ambil langkah itu?
Jadi gini, memang prinsip kami ingin bangun bisnis yang suistanable itu mendasar banget filosofi hidup kami. Walaupun kami startup, tapi kami kan sudah bukan para milenial lagi. Jadi, kami tetep bertekad untuk membangun sebuah model bisnis yang suistain.
Nah, kenapa nih akhirnya masuk ke IPO? Satu gini sebenernya, kalau dengan IPO kita tahu proses IPO panjang, semua harus terbuka, kita harus punya bisnis planning yang teruji karena kemarin aja sampai kita bolak-balik di-challenge melalui pengujian sehingga buat kami ketika kami melalui itu semua proses yang panjang secara buku, legal, bisnis planning, suistanybility bisnis yang mesti kami perkuat.
Akhirnya, harapan kami akhirnya orang percaya. Jadi, dengan IPO ada dua hal. Pertama, dapat pendanaan. Kedua, dapat kepercayaan. Karena prosesnya sendiri itu susah, banyak yang melakukan tapi belum selesai prosesnya. Nah jadi selain dana kami juga dapat kepercayaan publik gitu, yang mana kami memang memaksa diri untuk membuktikan. Jadi akhirnya nekad.
Ketiga akhirnya saat ini kami berterima kasih karena pemerintah membuka peluang untuk industri UMKM melalui papan akselerasi, go big melalui go public. Kami juga seneng dengan begitu kami dimiliki makin banyak publik. Administratif juga lebih rapi, gak gampang. Ini membuktikan bahwa kami perusahaan yang sangat serius untuk suistanibility.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Puri Mei Setyaningrum