Homendy juga membeberkan sebelum melalukan penerbangan, pilot sempat meminta izin khusus untuk terbang dalam kondisi sangat berkabut beberapa menit sebelum kecelakaan. Dia lalu terbang menuju selatan dan kemudian barat dengan ketinggian 1.400 kaki (427 meter).
Setelah itu pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara untuk memberikan “panduan penerbangan” menggunakan bantuan radar. Sayangnya, helikopter itu terbang terlalu rendah untuk mendapat bantuan.
“Lalu, empat menit kemudian, pilot mengatakan menaikan ketinggian untuk menghindari gumpalan awan. Ketika ATC menanyakan apa yang pilot ingin lakukan, tidak ada jawaban. Data radar menunjukkan helikopter naik hingga 2.300 kaki (701 meter) dan kemudian mulai berbelok turun ke arah kiri. Kontak terakhir terjadi pada 9:45 pagi (waktu setempat),” jelas Homendy.
Baca Juga: Jadi Salah Satu Pemain Basket Terbaik Dunia, Kobe: Sepak Bola Membantu Saya
Tidak berselang lama, atau dua menit setelah hilang kontak dengan helikopter, seseorang yang merupakan warga setempat menghubungi 911 dan melaporkan telah terjadi kecelakaan. Petugas segera datang ke lokasi. Sayangnya, ketika ditemukan tidak ada korban yang selamat.
Saat petugas datang ke lokasi pada Minggu, (26/1) waktu setempat, langsung ditemukan tiga korban jiwa. Upaya pencarian kemudian dilanjutkan lagi pada Senin (27/1).
Tragedi ini mendapat perhatian dari Randy Waldman selaku instruktur helikopter yang melatih di dekat bandara Van Nuys. Dia menyatakan ketika pandangan atau jarak pandang pilot terganggu, dia hanya punya satu kesempatan untuk menghindari tukikan yang berbahaya.
“Ketika Anda terbang hanya berdasarkan visual (pandangan), kemudian terjebak dalam situasi di mana Anda tidak bisa melihat apapun di kaca depan, harapan pilot untuk menyelamatkan diri mungkin hanya 10 atau 15 detik. Itu terjadi setiap saat. Ini sangat disayangkan,” ujar Waldman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: