Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kepala BPIP Bilang Agama Musuh Pancasila, Partai Islam Mencak-Mencak

Kepala BPIP Bilang Agama Musuh Pancasila, Partai Islam Mencak-Mencak Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Partai Islam di DPR menyayangkan pernyataan Kepala Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi terkait musuh besar Pancasila adalah agama. Presiden Partai Keadilan Sejahtera Mohammad Sohibul Iman menilai, Kepala BPIP sangat tidak pantas mempertentangkan agama dan Pancasila.

Menurut Sohibul, tugas utama Yudian sebagai kepala BPIP adalah merumuskan kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, bukan mempertentangkan agama dan Pancasila. "Hal semacam itu hanya pantas dikatakan oleh mereka yang tidak memiliki agama atau mereka yang justru menentang Pancasila," ujar Sohibul, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/2).

Baca Juga: Jadi Sorotan, Ini Profil Kepala BPIP Yudian Wahyudi yang Sebut Agama Musuh Pancasila

Baca Juga: Ketum PAN Zulkifli Hasan Dicecar KPK Soal Alih Fungsi Hutan Riau

Sohibul menilai, orang yang beragama tidak akan mungkin melontarkan pernyataan yang mempertentangkan agama dengan Pancasila. Sebab, agama menjadi salah satu landasan utama terbentuknya Pancasila. Sebab, sila pertama dalam Pancasila adalah soal ketuhanan. "Kalau orang yang beragama, kemudian dia mendukung Pancasila, saya kira tidak akan mengatakan seperti itu," ujar Sohibul.

Meski begitu, Sohibul tak ingin langsung menyalahkan Yudian atas pernyataannya. Sebab, ia mengaku akan menunggu klarifikasi dari Kepala BPIP itu. "Saya masih ingin mengklarifikasi itu, ingin mencari informasi yang sebenarnya seperti apa. Terus terang, saya tidak ingin percaya bahwa itu disampaikan oleh seorang Kepala BPIP," kata Sohibul.

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di DPR pun meminta Yudian mewujudkan BPIP menjadi simbol pemersatu masyarakat Indonesia, bukan sebaliknya. Sekretaris Fraksi PPP Achmad Baidowi menyarankan Kepala BPIP menghindari polemik dengan mempertentangkan agama dan Pancasila.

"Selaku kepala BPIP, Prof Yudian sebaiknya menghindari polemik dan menjadi figur simbol pemersatu, bukan justru membuat 'front' ketika baru menjabat," ujar Baidowi kepada wartawan, Kamis (13/2).

Ia juga meminta Yudian untuk lebih berhati-hati dalam mengeluarkan sebuah pernyataan. Sebab, pernyataan bahwa agama musuh terbesar Pancasila merupakan pernyataan bias dan multitafsir. "Padahal, sila pertama jelas menyebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang artinya mengakui bahwa di Indonesia masyarakatnya masyarakat agama," ujar Baidowi.

Dengan pernyataannya itu, Yudian justru dinilai sebagai orang yang tak mengerti agama dan Pancasila.

Provokatif

Sementara itu, ormas Islam Persatuan Islam (Persis) menilai pernyataan Kepala BPIP provokatif. Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persis Ustaz Jeje Zaenudin menilai, pernyataan Kepala BPIP bukan membangun kekuatan ideologi Pancasila sebagai ideologi negara yang diambil dari ruh semua agama yang ada di Indonesia.

"Dan, lebih provokatif lagi karena konotasi agama yang dimaksud (oleh Kepala BPIP) adalah Islam, karena dia sedang berbicara tentang kelompok Muslim," kata Ustaz Jeje. Menurut dia, Kepala BPIP harus meminta maaf.

Terpisah, Yudian sendiri menjelaskan maksud pernyataannya bukan terkait agama secara keseluruhan, melainkan mereka yang mempertentangkan agama dengan Pancasila. Yudian mengeklaim, ada kelompok minoritas dalam agama yang mengaku mayoritas yang membenturkan agama dan Pancasila. Hal inilah yang ia maksud sebagai agama musuh Pancasila.

Yudian berpendapat, hubungan Pancasila dengan agama harus dikelola dengan baik. Ia menilai, yang paling bertanggung jawab untuk menahan diri yaitu mayoritas. "Jadi, saya ingin menekankan bahwa Pancasila itu bukan thogut, Pancasila kalau bahasa kita itu Islami. Karena itu, semua ada di dalam Alquran dan juga hadis ada. Yang saya maksud adalah musuh-musuh agama dari dalam agama," ujarnya.

Kepala BPIP mengkritik orang beragama yang menggunakan agama atas nama mayoritas, tapi sebenarnya minoritas. Jika ini dibiarkan, berarti agama akan menjadi musuh terbesar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: