Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kaltim Minim Air Bersih, Bagaimana Nasib Ibu Kota Baru?

Kaltim Minim Air Bersih, Bagaimana Nasib Ibu Kota Baru? Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis Ibu Kota Negara (KLHS IKN) mengungkapkan beberapa temuan penting, salah satunya soal ketersediaan air di Kalimantan Timur. Provinsi ini termasuk daerah yang mengalami kemarau panjang saat musim panas yang berdampak pada kelangkaan air.

Dosen Fakultas Teknik Pascasarjana Universitas Gajah Mada Bagas Pujilaksono meminta pemerintah mencari solusi terkait masalah air di kawasan ibu kota baru tersebut. Menurutnya, pasokan air tanah maupun air permukaan di daerah tersebut minim, ditambah dengan kedatangan 2 juta orang yang akan bermukim di sana.

Baca Juga: Banjir di Calon Ibu Kota, 1 Jembatan Putus

Bagas juga meminta pemerintah melakukan kajian terkait sumber air, termasuk skenario ekstrem menggunakan desalinasi air laut. Desalinasi adalah proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapaat dikonsumsi binatang, tanaman, dan manusia.

Skenario tersebut kemungkinan perlu dilakukan, karena menurut Bagas, air tanah di Kaltim tidak banyak. Air permukaan pun demikian, tidak banyak dan tidak berkualitas.

"Apakah kita perlu memikirkan kondisi yang paling ekstrem kalau nanti dua juta orang datang ke sana? Apakah air tanah dan air permukaannya itu mampu mencukupi (kebutuhan penduduk IKN)?" kata Bagas di acara Dialog IKN di Kantor Bappenas, Jakarta, seperti yang ditayangkan Tempo.co, Rabu (12/2/2020).

Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Laksmi Wijayanti mengatakan akan mengkaji secara komprehensif sumber daya air di Kaltim untuk mematangkan konsep terkait infrastruktur sumber daya air yang paling mumpuni yang bisa diterapkan.

"Ketika kita bicara infrastruktur penyediaan air, sambungkan itu. Mulai dari pemeliharaan air, panen air hujan (melimpah dengan baik), dan pola demand yang harus dikontrol. Jadi setiap orang, setiap bangunan sejak awal dikasih restriksi cara memanfaatkannya seperti apa," kata Laksmi.

Beberapa waktu lalu, pemerintah mengatakan akan menyediakan fasilitas air siap minum di ibu kota baru. Rencana tersebut akan terealisasi jika proyek pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) Regional Sepaku-Semoi di Kabupaten Penajam Paser Utara dan SPAM Regional Tebasabo (Tenggarong-Balikpapan-Samarinda-Bontang) dipercepat.

Walikota Balikpapan Rizal Effendi di acara Dialog Nasional Kesiapan Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Negara di Balikpapan, Oktober lalu mengatakan, SPAM Sepaku-Semoi dibangun untuk mengatasi defisit air baku Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Ibu Kota Negara untuk jangka menengah.

Sementara, SPAM Tebasabo akan dibangun untuk menyiapkan kebutuhan air baku Kota Metropolitan Tebasabo dan Ibu Kota Negara untuk jangka panjang.

"Sungai Mahakam berpotensi besar sebagai sumber air baku. Namun, belum ada studi. Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitian Tebasabo telah disusun tahun 2018. Karena itu, proyek SPAM Tebasabo dan SPAM Sepaku-Semoi diusulkan menjadi proyek strategis nasional," kata Rizal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: