Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diskusi Publik IPB, Mentan Minta Pengetahuan Mahasiswa Pertanian Harus Berguna di Desa

Diskusi Publik IPB, Mentan Minta Pengetahuan Mahasiswa Pertanian Harus Berguna di Desa Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta perguruan tinggi untuk bersinergi membangun pertanian. Salah satunya, pengetahuan dari para mahasiswa pertanian harus dapat berguna hingga level desa. Selain itu, mahasiswa juga harus diajak menjadi bibit petani milenial dengan membangun pertanian menggunakan teknologi yang makin hari makin canggih sehingga ilmu yang didapatkan dari kampus bisa dipraktikkan di lapangan.

"Dengan resolusi yang dekat dari satelit yang kita yang kita miliki, kita bisa lihat sebenarnya daerah mana yang akan panen berapa bulan lagi, seperti apa kemampuan hara yang ada di daerah dan ini semua harus dipelajari IPB. IPB harus ada di setiap desa, kampus pertanian harus ada di tiap daerah minimal ilmunya bisa berguna di desa," kata Syahrul dalam acara Diskusi Publik dalam Penguasaan dan Pengembangan Inovasi Teknologi untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional di Auditorium Gedung Andi Hakim Nasoetion IPB, Selasa(25/2/2020).

Baca Juga: Mentan: Anak Muda Harus Manfaatkan Pertanian di Era Modern

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini menjelaskan penguasaan dan pengembangan inovasi teknologi pertanian sangat penting untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, SYL sangat berharap adanya konsep pembangunan pertanian modern dari perguruan tinggi.

"Cara membangun pertanian tidak boleh lagi menggunakan cara sebelumnya, tapi harus memakai cara berbasis teknologi digital dan mekanisasi yang canggih," ujarnya.

SYL menegaskan, perguruan tinggi harus mampu menjawab tantangan pertanian saat ini. Kementerian Pertanian (Kementan) bersama perguruan tinggi pertanian harus melakukan perubahan yang lebih baik dalam meningkatkan produksi pangan. Pasalnya, masalah pertanian dan paradigma-paradigma pertanian sudah bergeser dan harus menemukan cara-cara baru.

"Ada tiga aspek agenda besar yang bisa dilakukan pertanian. Pertama agenda mindset dengan akademik intelektual sesuai tantangan era dan yang harus terjadi antara lain dengan menggunakan online sistem, digital sistem, frekuensi titik-titik, dan mekanisasi baik," tegasnya.

"Artificial intelligence, internet of thinking sistem, dan segala macam sistem yang harus ada," tambahnya. Menurut SYL, agenda manajemen harus berubah. Tujuan pertanian harus makin maju, mandiri, dan modern. Tantangan untuk Indonesia adalah produksi, distribusi, dan logistik yang tinggi karena di antara pulau.

Di kesempatan tersebut, Rektor Institut Pertanian Bogor, Arif Satria, mengapresiasi langkah-langkah Kementan di bawah komando Syahrul Yasin Limpo dalam memperbaiki basis data sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi hasil pertanian. Menurutnya, adanya AWR yang saat ini berada di Kementan menjadi langkah ter-update dalam membantu pemantauan permasalahan pertanian hingga kecamatan dan desa.

"Isu pangan selalu update karena isu yang abadi di dunia adalah soal pangan. Ada indeks ketahanan pangan, isu kemiskinan, isu kelaparan, dan regenerasi petani. Dengan data yang baik, bisa turut menghasilkan keputusan yang baik. Keseimbangan antara teknologi dan aliansi bisa lebih baik sehingga bisa membangun pertanian lebih baik," terangnya.

Selain itu, Arif Satria pun mendukung penuh penerapan program Pertanian Masuk Sekolah (PMS) yang dijalankan Kementan sebagai jalan keluar atas minimnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian. Program tersebut bisa menjadi kunci majunya pertanian Indonesia yang berjalan secara mandiri dan modern.

Arif Satria pun mengapresiasi kelembagaan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan pusat data Agriculture War Room (AWR) yang dibangun Kementan secara singkat. Menurutnya, dari aspek intelektual, kedua terobosan ini patut diapresiasi karena erat kaitannya dengan dunia teknologi yang sedang dikembangkan kampus IPB.

"Saya melihat, hitung-hitungan area lahan melalui satelit dan artificial intelligence itu adalah agroklimat yang sangat bagus karena bisa membaca data secara cepat tentang berbagai hal. Misalnya soal berapa area lahan, kapan hujan, sampai dengan persediaan pupuk bisa kita lihat dari satu ruangan. Ini sejalan dengan teknologi yang sedang dikembangkan IPB," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, hadir Ketua Forum Rektor Indonesia diwakiki sekjen Dr. Darsono, MBA dan rektor perguruan tinggi negri dan Swasta serta mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: