Pertikaian di India Sebabkan Minoritas Muslim Kian Dirugikan, Apa yang Terjadi?
Kredit Foto: Reuters/Adnan Abidi
Kekerasan bernuansa SARA yang terjadi di India sudah berlangsung sejak perpecahan India, ketika Pakistan yang mayoritas Muslim memisahkan diri dan membentuk negara sendiri pada 1947. Pada 1992 ketegangan sempat memanas ketika kelompok garis keras Hindu, termasuk sejumlah anggota Bharatia Janata Party (BJP) membakar Masjid Babri di Ayodya.
Ketika BJP memenangkan pemilihan pada 2014 dan dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi, perpecahan dan pertikaian kian melebar. BJP merupakan sayap politik dari kelompok Hindu garis keras, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS).
Baru-baru ini pemerintah BJP mengeluarkan aturan yang dinilai anti-Muslim.
Beleid yang diprotes itu berisi pemberian kewarganegaraan kepada pengungsi beragama Hindu, Sikh, Buddha, Jain, Parsis, dan Kristen dari tiga negara tetangga, yakni Bangladesh, Afghanistan, dan Pakistan, yang tiba di India sebelum 31 Desember 2014.
Imigran Muslim dikecualikan dari regulasi itu dengan alasan mereka tak termasuk yang mendapatkan diskriminasi di tiga negara tersebut.
Kendati demikian, sejumlah kritikus menyoroti bahwa regulasi itu mengabaikan keberadaan Muslim yang mengungsi ke India untuk menghindari kekerasan di Myanmar dan Srilanka. Regulasi itu juga dinilai menyalahi konstitusi India yang menjamin hak warga negara terlepas dari agama yang mereka anut.
Aturan ini lantas menulai penolakan, dan berbuntut pada aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim India.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: