Gaji Terancam
Sementara itu, Suhaemi dari biro Travel Haji Umroh Al Malik mengatakan saat ini ada sekitar 40 jemaah umrah Al Malik yang terancam tidak bisa berangkat umrah pada Maret ini. Pihaknya memang masih terus memantau perkembangan dari kebijakan Pemerintah Arab Saudi dan lobi yang dilakukan Pemerintah Indonesia.
Menurut Suhaemi, kerugian yang diderita Al Malik belum besar. Sebab, pihaknya belum sempat membayar DP akomodasi seperti pesawat, hotel, dan bus di Arab Saudi. Paket umrah yang ditawarkan biro travel ini sebesar Rp23,5 juta per orang. Ke-40 jemaah itu baru membayar sekitar Rp15 juta per orang.
Kerugian lainnya, menurut Suhaemi, terkait peluang dan kesempatan yang hilang. Pasalnya, Al Malik tahun lalu berhasil menjadi pemenang tender untuk pengurusan jasa umrah dari salah satu badan usaha milik negara (BUMN). Jumlah jemaah yang akan diberangkatkan dari BUMN tersebut tahun ini sebanyak 100 orang.
Baca Juga: Travel Umrah: Mohon Maaf, Refund Tak Bisa 100%
Adanya penangguhan visa bagi jemaah umrah dan merebaknya virus corona membuat BUMN tersebut mengambil keputusan untuk menunda keberangkatan umrah pegawainya tahun ini. "Mereka cancel untuk keberangkatan tahun ini," kata Suhaemi.
Tahun lalu, Al Malik mampu memberangkatkan jemaah umrah sebanyak 900 orang. Memasuki 2020, baru sekitar 80 orang yang diberangkatkan untuk umrah. Kini, meski belum bisa menghitung kerugian secara pasti, ada ancaman lain yang mengintai akibat kebijakan ini.
"Jika terus berkepanjangan, bagaimana perusahaan travel ini dapat menggaji karyawannya? Jumlahnya total ada 13 orang," kata Suhaemi.
Elly Lubis, pengusaha travel haji-umrah yang sudah 17 tahun menjadi pembimbing haji-umrah ini dapat memahami kebijakan yang diambil pihak Arab Saudi. Menurutnya, ini adalah bagian dari upaya untuk menyelamatkan jutaan nyawa manusia di seluruh dunia.
Pengusaha travel umrah jelas merugi, tetapi itu tidak sebanding dengan sakit yang dialami saudara kita yang mengidap virus corona atau kesedihan yang dirasakan ribuan orang yang keluarganya meninggal dunia karena virus ini.
Justru jika dipaksakan berangkat, kemudian tertular virus corona, tentu jemaah lain dari berbagai negara akan ikut tertular. Ia sendiri bisa memahami keresahan yang dialami para pengusaha travel dan jemaah. Peristiwa ini harus dilihat secara komprehensif. Sesungguhnya, kebijakan tersebut merupakan bagian dari pencegahan dan juga ditujukan untuk keselamatan jemaah itu sendiri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: