Nakhoda Baru Bukalapak Kejar Sustainable Company Lewat Pemberdayaan UMKM
Startup unicorn di Indonesia pada 2020 perlahan meninggalkan kebiasaan membakar uang dan beralih pada peningkatan profit. Hal itu dilakukan dengan alasan mengedepankan strategi inovasi dan keberlangsungan usaha rintisan itu sendiri.
Di era ekonomi global ini, usaha rintisan bisa mengambil pelajaran dari pengalaman startup lainnya. Seperti kasus WeWork --platform penyedia ruang kerja-- yang terus bakar uang namun tidak berdampak positif padanya. Juga seperti OVO yang sebelumnya gonjang-ganjing karena promosinya tak bisa lagi diandalkan.
Dengan latar belakang seperti itu, sejumlah usaha rintisan tentunya memiliki persoalan berbeda. Khususnya startup segmen e-commerce seperti Bukalapak, kabarnya mereka tak lagi mengedepankan bakar uang tetapi sudah memiliki target lain yaitu sustainability. Keberlangsungan perusahaan menjadi prinsip utama dan dianggap bisa mendatangkan pundi-pundi keuntungan.
Di bawah nakhoda baru Rachmat Kaimuddin, Bukalapak mengedepankan sustainability perusahaan. Bagaimana Bukalapak sebagai salah satu e-commerce terbesar di Indonesia mengubah haluannya yang sebelumnya membakar uang, tetapi sekarang dituntut untuk mengejar profit? Berikut petikan wawancara Warta Ekonomi dengan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin.
Bagaimana pendapat CEO Bukalapak soal kabar berakhirnya era bakar uang di startup dan tuntutan untuk mengejar profit?
Mencapai usia ke-10 tahun pada tahun ini merupakan sesuatu yang kami anggap sebagai milestone, karena hanya 4 persen perusahaan di dunia yang bisa bertahan lewat dari 10 tahun. Lebih jarang lagi perusahaan yang menjadi unicorn. Saat ini, hanya ada sekitar 433 unicorn, decacorn, dan hectocorn di seluruh dunia.
Target kami adalah menjadi perusahaan berkelanjutan (sustainable company) yang terus mendampingi dan memberdayakan UMKM Indonesia serta menciptakan dampak sosial ekonomi yang menyeluruh.
Kami juga akan fokus untuk menyeimbangkan growth, profitability dan inovasi dengan menghasilkan produk dan layanan yang inovatif, menargetkan ke pasar yang tepat dan sesuai kebutuhan dengan cara yang efisien.
Apakah Bukalapak sudah berorientasi pada profit? Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk mencetak profit?
Walaupun pertumbuhan GMV adalah indikator yang penting bagi semua e-commerce, Kami telah melangkah ke tahap yang lebih jauh dan menghasilkan kenaikan dalam monetisasi, memperkuat pro?tabilitas, yang saat ini berjalan dengan baik dan bahkan melampaui ekspektasi kami.
Gross Pro?t kami di pertengahan 2019 naik 3 kali dibandingkan pertengahan 2018 dan kami mengurangi setengah kerugian dari pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) selama 8 bulan terakhir ini.
Kami ingin menjadi e-commerce unicorn pertama yang meraih keuntungan, dan dengan pencapaian performa bisnis yang baik dan modal yang cukup, kami menargetkan untuk dapat mencapai break even bahkan keuntungan dalam waktu dekat.
Ini juga membuat kami lebih selektif dan strategis dalam berkegiatan. Kami berfokus untuk memperkokoh marketplace demi meningkatkan inklusi keuangan dan potensi ritel di Indonesia.
Apakah kinerja keuangan Bukalapak sudah mencatatkan profit atau belum?
Kami menutup tahun 2019 dengan pencapaian yang baik sekali. Bukalapak membukukan catatan keuangan yang baik dengan valuasi perusahaan mencapai 2,5 miliar dolar AS.
Jumlah transaksi Bukalapak di tahun 2019 juga meningkat 60 persen dari tahun lalu dengan jumlah pengguna aktif berjumlah lebih dari 70 juta pengguna dan kunjungan aplikasi Bukalapak dikunjungi lebih dari 420 juta kali perbulan. Di semester I tahun 2019 sendiri, Bukalapak juga sudah berhasil mengurangi 50 persen kerugian dari EBITDA-nya
Bagaimana target Bukalapak untuk mencapai break-even point?
Di tahun 2019, Bukalapak berhasil mengurangi setengah dari kerugian yang ada dengan strategi kami untuk mencapai BEP. Kami sudah berada di jalur yang tepat dan kami akan berakselerasi ke arah itu dan terus mengoptimalkan hingga nantinya mencapai target tersebut.
Bagaimana fokus bisnis Bukalapak beberapa tahun ke depan? Bagaimana target-targetnya?
Kami berfokus untuk memperkokoh marketplace demi meningkatkan inklusi keuangan dan potensi ritel di Indonesia. Seperti yang dilansir CLSA report September lalu, terdapat sekitar 85 persen populasi yang belum berbelanja online dan sekitar 70 persen belum pernah betransaksi online.
Pasar ini selanjutnya menjadi fokus kami untuk terus mengakselerasi transformasi teknologi dengan lebih menyeluruh.
Selain itu, kami akan terus berkomitmen untuk memperkokoh marketplace demi meningkatkan inklusi keuangan dan potensi ritel di Indonesia, sehingga fokus kegiatan kami ada pada program dan produk yang sesuai dengan core business, menjawab kebutuhan masyarakat, dan mendukung implementasi tata kelola pemerintahan digital, seperti Mitra Bukalapak, BukaGlobal, BukaReksa, BukaEmas, BukaAsuransi, dan fitur-fitur lain yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto