Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Corona di Indonesia: Jangankan Lockdown, Diam di Rumah Saja Sulit!

Corona di Indonesia: Jangankan Lockdown, Diam di Rumah Saja Sulit! Petugas PMI Kota Tangerang menyemprotkan cairan disinfektan di Masjid An Nabawi, Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (14/3/2020). Dewan Masjid Indonesia meminta seluruh pengurus masjid atau mushala untuk menjaga kebersihan dengan cairan disinfektan guna mencegah penyebaran COVID-19 atau virus Corona. | Kredit Foto: Antara/Fauzan

Jangankan Lockdown, Social Distancing Saja Sulit

Jika dilihat dari sudut pandang karakter masyarakat, pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati menyebut bahwa opsi lockdown di Indonesia cenderung sulit untuk direalisasikan, apalagi jika sampai menerapkan sanksi bagi yang melanggar.

"Jangankan lockdown, social distancing saja sulit," ujarnya, Rabu (25/3/2020).

Ia menyebut tiga faktor menjadi penyebabnya, yaitu sosial, kultural, dan spiritual. Secara sosial, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat komunal, artinya memiliki ketergantungan yang sangat kuat atas kebersamaan dengan orang lain.

Secara kultural, ia menyebut bahwa masyarakat Indonesia masuk dalam kategori 'masyarakat jangka pendek' atau short term society, yang ditandai dengan jargon: kita hidup untuk hari ini. Hal ini berbeda dengan masyarakat barat yang menurutnya masuk dalam kategori long term society, di mana warganya terbiasa menyusun langkah-langkah hidup secara sistematis.

Baca Juga: Masih Diselimuti Duka, Jokowi Kekeh Bahas Corona Bareng KTT G20

"Ini yang membuat konteks pengaturan masyarakat barat akan lebih mudah untuk diajak duduk bicara secara objektif, untuk memikirkan langkah-langkah ke depan dalam berbagai aspek kehidupan," jelasnya.

Selain itu, aspek spiritual yang sangat kuat membuat masyarakat selalu percaya bahwa akan ada kekuatan lain yang membantu mereka melampaui persoalan-persoalan yang ada, dalam hal ini bencana Covid-19.

"Makanya tidak mudah untuk kampanye untuk tinggal di rumah," pungkasnya.

Alih-alih menerapkan lockdown apalagi dengan sanksi, Devie mengatakan bahwa masyarakat lebih baik diberikan insentif supaya mereka tergerak untuk mau melakukan penjagaan jarak aman dari kerumunan sosial.

"Bayangkan, tilang saja kita lihat banyak videonya bagaimana masyarakat bisa ngamuk-ngamuk sama polisi. Ini saya tidak terbayang, kalau misalnya dia bilang saya mau beli telur terus tiba-tiba polisi di depan pakai senjata, yang ada itu emak-emak bakal ngamuk-ngamuk, masyarakat akan ngamuk-ngamuk. Chaos yang ada, sulit," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: