Tak Mudah Memastikan Tingkat Kematian
Kebanyakan kasus infeksi corona tidak terhitung karena orang cenderung tak mengunjungi dokter ketika mengalami gejala ringan.
Pada 17 Maret, kepala penasehat ilmiah pemerintah Inggris, Sir Patrick Vallance, memperkirakan ada sekitar 55.000 kasus di Inggris, saat kasus yang sudah dipastikan (confirmed case) di bawah angka 2.000.
Membagi tingkat kematian dengan angka 2.000, akan memberi hasil yang lebih besar daripada membaginya dengan angka 55.000.
Ini merupakan salah satu alasan utama mengapa tingkat kematian pada kasus yang sudah dipastikan menjadi perkiraan yang buruk untuk tingkat kematian sesungguhnya. Yaitu dengan membuat taksiran lebih tinggi padahal banyak kasus tak tercatat.
Namun ini juga bisa keliru untuk soal lain: memperkirakan tingkat kematian lebih rendah akibat tidak memasukkan orang-orang yang kini terinfeksi, tapi tidak dikonfirmasi, dan kemudian meninggal dunia.
Kenapa Tingkat Kematian Berbeda Antarnegara?
Menurut riset yang dilakukan oleh Imperial College, kemampuan tiap negara berbeda untuk mendeteksi kasus dengan gejala ringan, sehingga sulit untuk mengonfirmasi jumlah kasus.
Pengetesan virus juga berbeda antarnegara, dengan kemampuan melakukan pengetesan yang berbeda, serta aturan berbeda mengenai siapa yang dites. Faktor-faktor ini terus berubah seiring waktu.
Pemerintah Inggris berencana untuk meningkatkan kapasitas pengetesan hingga 10.000 per hari, dengan sasaran bisa mencapai 25.000 per hari dalam waktu empat minggu. Saat ini mereka membatasi pengetesan hanya kepada mereka yang dirawat di rumah sakit.
Jerman punya kemampuan untuk mengetes lebih dari 20.000 kasus per hari dan telah melakukan pengetesan terhadap orang dengan gejala ringan. Maka penghitungan mereka terhadap infeksi yang sudah dipastikan mampu menangkap seksi yang berbeda dalam piramida kasus yang diperlihatkan di atas.
Tingkat kematian di antara kasus yang sudah dipastikan di Jerman (kurang dari setengah persen) adalah yang terendah di Eropa. Namun kini sedang diperkirakan akan meningkat karena komposisi pasien yang dites juga berubah.
Prognosis untuk masing-masing orang berbeda, tergantung pada perawatan dan layanan kesehatan yang tersedia. Pada gilirannya, ini bergantung pada tahapan wabah yang sedang terjadi.
Jika layanan kesehatan kewalahan dan unit perawatan intensif tak bisa mengobati mereka yang butuh ventilator, maka tingkat kematian akan naik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: