Negara yang menjadi tujuan ekspor utama minyak jelantah Indonesia, yakni Singapura dan Belanda. Pada 2018, Indonesia mengekspor minyak jelantah ke Singapura senilai US$28,8 juta dan ke Belanda senilai US$22,5 juta.
Data Dinas Lingkungan Nasional (NEA) Singapura menunjukkan terdapat 13 perusahaan pengepul dan pengolah minyak jelantah di Singapura, salah satunya adalah Oil Village Singapore. Perusahaan ini bergerak di bidang daur ulang jelantah menjadi biodiesel, lilin, sabun, dan beragam komoditas lainnya.
Produk tersebut kemudian dijual kembali di pasar domestik maupun internasional. Menurut data perdagangan UN Comtrade, Singapura mengekspor hasil pengolahan minyak jelantah dalam bentuk biodiesel senilai US$2,5 juta.
Tidak hanya itu, Belanda juga menjadi importir minyak jelantah dari Indonesia yang kemudian diproses dan diolah kembali untuk menjadi biodiesel. Data UN Comtrade mencatat nilai ekspor biodiesel dari minyak jelantah Belanda pada 2018 senilai US$3,4 miliar. Lima negara pengekspor biodiesel terbesar di dunia, yakni Belanda, Jerman, Belgia, Spanyol, dan Indonesia dengan nilai impor US$1 miliar pada 2018.
Negara Uni Eropa sangat agresif dalam memproduksi biodiesel karena tuntutan dari Komisi Uni Eropa. Komisi Uni Eropa Bidang Energi, Perubahan Iklim, dan Lingkungan telah menetapkan petunjuk kualitas bahan bakar ramah lingkungan dan baik bagi kesehatan manusia.
Berdasarkan laporan organisasi non-pemerintah, Transport & Environment, Uni Eropa akan mengurangi penggunaan minyak bahan makanan, dalam hal ini adalah minyak sawit, untuk diolah menjadi biodiesel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti