Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Sawit Masih Fluktuatif, Investor Ambil Untung

Harga Minyak Sawit Masih Fluktuatif, Investor Ambil Untung Industrial Vegetable Oil (IVO). | Kredit Foto: BPDPKS
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak sawit berjangka Malaysia pada hari Jumat tercatat naik setelah tiga sesi beruntun mengalami penurunan. Akan tetapi, harga tersebut tetap diperkirakan bakal mencatatkan penurunan mingguan pertama dalam empat minggu. Sementara di satu sisi pasar menantikan data ekspor sebagai acuan dari langkah perdagangan selanjutnya.

Tercatat, kontrak minyak sawit acuan untuk pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik sekitar 0,28% atau 14 ringgit menjadi 4.978 ringgit per ton metric. Akan tetapi, kontrak tersebut telah menurun sebesar 2,41% selama minggu ini.

Baca Juga: Cadangan Berlimpah Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok Parah

Dikutip dari Reuters, Senin (18/11/2024), harga tersebut terjadi lantaran aksi ambil untung pada minyak sawit menjelang akhir pekan setelah tiga sesi berturut-turut mengalami penurunan. Sementara itu, para investor juga menunggu data ekspor untuk petunjuk lebih lanjut.

Tercatat juga untuk kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian menurun sebesar 0,91% sedangkan kontrak untuk minyak sawit merangkak naik sebesar 0,53%. Di Chicago Board of Trade, harga minyak kedelai naik sebesar 0,43%.

Harga minyak sawit yang cenderung fluktuatif ini dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati pesaing lainnya. Pasalnya, saat ini minyak sawit sedang bersaing untuk mendapatkan bagian di kancah pasar minyak nabati global.

Sementara itu pada sesi keempat, futures kedelai dan jagung di Chicago jatuh lantaran para investor yang ketar-ketir dengan pemerintahan Presiden AS yang baru, Donald Trump, dianggap bisa mengurangi permintaan domestik dengan kebijakan biofuelnya yang anyar.

Baca Juga: Sukses Optimalisasi, Pertamina EP Prabumulih Cetak Rekor Produksi Minyak 10.000 BOPD

Di satu sisi, pada hari Kamis lalu, Parlemen Uni Eropa masih berusaha untuk melemahkan larangan impor komoditas seperti daging sapi maupun kedelai yang terkait dengan isu lingkungan atau deforestasi. Serta, parlemen UE mendukung penundaan satu tahun untuk aturan EUDR sebagai perlawanan terhadap agenda lingkungan dari pihak mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: