- Home
- /
- News
- /
- Megapolitan
Buset! Hasil Riset Peneliti: Wilayah Mas Anies Ada 32 Ribu Kasus Corona Tak...
Penting pula untuk diketahui bahwa ada dua catatan penting menyangkut estimasi-estimasi yang dilakukan pada kajian ilmiah ini. Pertama, analisa estimasi hanya dilaksanakan pada provinsi-provinsi yang sudah ada kasus kematiannya. Kedua, hasil estimasi ini hanya valid jika seluruh pasien yang terkonfirmasi Covid-19 dan meninggal dianggap tidak melakukan perjalanan lintas provinsi selama sekurang-kurangnya dua pekan. Asumsi-asumsi yang dipakai juga didasarkan data yang ada sampai tanggal 31 Maret 2020.
Berikutnya, untuk nilai Ro, Tim SimcovID memprediksi, dengan menggunakan Extended Kalman Filter (EKF), bahwa nilai Ro di Indonesia sekarang ada pada kisaran angka 3.3.
“Ro itu sendiri, kalau di matematika, bisa diartikan sebagai jumlah kelahiran kasus baru akibat 1 orang terinfeksi saat masuk ke dalam suatu populasi yang sepenuhnya sehat dan potensial untuk sakit. Biasanya, ada pihak yang menyebutnya juga sebagai faktor penggandaan atau semacamnya. Intinya, kita harus mengejar nilai Ro agar kurang dari 1 sehingga kita bisa mengejar keadaan bebas penyakit,“ terang Nuning.
Terakhir, dalam melakukan kajian proyeksi waktu puncak dan jumlah kasus kematian dari skenario kebijakan pemerintah, Tim SimcovID membagi terlebih dahulu jenis skenario yang akan dikaji, yaitu tanpa kebijakan, kebijakan memperketat social atau physical distancing, dan karantina wilayah.
Selain itu, mereka juga menambahkan faktor waktu penerapan kebijakan dan waktu pelaporan atau waktu konfirmasi kasus sebagai faktor kualitatif lainnya. Hasilnya, kajian ilmiah tersebut menyimpulkan bahwa skenario kebijakan karantina wilayah dalam waktu dekat disertai dengan rapid-test adalah skenario terbaik yang dapat dilakukan pemerintah.
Dari hasil model mereka, kita bisa yakin bahwa fenomena pandemi di Indonesia dapat mereda lebih cepat serta lebih sedikit kasus kematian jika pemerintah menerapkan karantina wilayah, melakukan rapid-test, dan segera memulai kebijakan-kebijakan tersebut.
“Kami tidak punya tujuan lain selain ingin mengerjakan apa yang sudah menjadi bagian dari profesi kami yaitu menghasilkan publikasi ilmiah.“ tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil