Serem Guys, Karena Corona Obat Palsu Berbahaya Banyak di Pasaran
Satu produser di Pakistan mengatakan ia biasa membeli bahan mentah untuk obat anti malaria, hydrochloroquine, sekitar US$100 per kilogram.
Kini harganya US$1.150 per kilogram.
Dengan semakin banyaknya negara melakukan pembatasan wilayah, tidak hanya pengurangan produksi yang bermasalah. Peningkatan permintaan juga jadi persoalan karena orang semakin cemas menumpuk obat-obatan dasar.
Berkurangnya pasokan dan peningkatan permintaan jadi kombinasi buruk, membuat WHO mengingatkan bahayanya produksi dan penjualan obat-obatan palsu.
"Saat pasokan tak bisa memenuhi permintaan", kata Esteve, "akan terbentuk situasi di mana obat-obatan palsu berkualitas rendah mengisi permintaan itu."
Obat palsu
Saat ini, pasokan global obat anti malaria dalam keadaan terancam.
Sejak Presiden Trump menyatakan adanya potensi chloroquine dan turunannya seperti hydroxychloroquine dalam menyembuhkan virus corona, ada lonjakan permintaan terhadap obat malaria ini.
WHO berulangkali mengatakan tidak ada bukti pasti bahwa chloroquine atau hydroxychloroquine bisa dipakai melawan virus penyebab Covid-19.
Namun saat jumpa pers baru-baru ini, Presiden Trump menyatakan soal obat anti malaria: “Apa ruginya? Minum saja obat itu."
Saat permintaan melonjak, BBC menemukan sejumlah besar chloroquine palsu diedarkan di Republik Demokratik Kongo dan Kamerun.
Biasanya obat itu dijual seharga US$40 untuk 1.000 tablet, tapi kini apotik di Kongo menjualnya seharga US$250.
Obat itu dijual dengan label diproduksi di Belgia oleh `Brown and Burk Pharmaceutical limited`.
Baca Juga: Rusia Mengaku Ciptakan Obat Anti-Corona
“Kami mengontak `Brown and Burk`, sebuah perusahaan obat yang terdaftar di Inggris, dan mereka mengatakan "tak berurusan dengan obat tersebut. Kami tidak membuatnya. Obat-obatan itu palsu."
Dengan terus berlanjutnya pandemi, Profesor Paul Newton, seorang ahli obat palsu di University of Oxford, mengingatkan peredaran obat palsu dan berbahaya hanya bisa terus meningkat apabila berbagai negara di dunia tidak bersatu melawannya. "Kita menghadapi bahaya pandemi paralel,“ katanya, “virus dan obat-obatan palsu berbahaya”.
“Kecuali apabila kita semua memastikan adanya langkah global terpadu. Jika tidak,kita akan kehilangan keunggulan dari obat-obatan modern."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: