Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada Kabar Baik dari India untuk Minyak Sawit, Nih!

Ada Kabar Baik dari India untuk Minyak Sawit, Nih! Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah India pada hari Senin mengatakan bahwa impor minyak kelapa sawit olahan (refined) akan kembali dilakukan setelah sempat dibatasi pada bulan Januari lalu. Meskipun demikian, impor tersebut tidak dilakukan secara bebas, tetapi dengan sejumlah persyaratan yang telah ditetapkan.

Mengutip Reuters, sebelum melakukan impor minyak sawit olahan, pengusaha India perlu melengkapi perjanjian pra-pembelian dan hanya dapat mengimpor komoditas tersebut dalam waktu enam bulan setelah menerima lisensi. Tidak seperti perjanjian sebelumnya yang membolehkan pengusaha di India dapat mengimpor selama 18 bulan setelah menerima lisensi.

Baca Juga: Mendorong Kolaborasi Petani Plasma Sawit dengan Perusahaan Swasta Raksasa

Pengusaha di Mumbai memperkirakan bahwa perubahan tersebut akan dapat meningkatkan impor minyak kelapa sawit dalam beberapa bulan mendatang. Hal tersebut dilatarbelakangi adanya kekhawatiran pemerintah India terkait pasokan minyak sawit dalam negeri akibat lockdown yang terus diperpanjang hingga 28 April 2020.

Bagi India, minyak sawit menyumbang hampir dua per tiga dari total impor minyak nabati di India. Data Index Mundi mencatat pada tahun 2019 konsumsi minyak sawit di India mencapai lebih dari 10 juta ton. India mengimpor minyak kelapa sawit dan produk turunannya itu dari Indonesia dan Malaysia.

Pembatasan impor minyak sawit oleh India pada Januari lalu mengakibatkan volume ekspor Indonesia pada periode yang sama merosot tajam. Data Gapki mencatat ekspor minyak sawit Indonesia pada Januari melemah hingga 35,6 persen atau dari 3,72 juta ton pada Desember 2019 menjadi 2,39 juta ton.

Penurunan tersebut terjadi pada minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO), dan biodiesel. Khusus ekspor ke India, penurunan volume mencapai 22 persen atau sekitar 141 ribu ton dibandingkan bulan sebelumnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: