Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Indonesia harus mengintensifkan kinerja perdagangan internasionalnya untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta menyatakan, perdagangan internasional selama ini memainkan peran penting bagi ekonomi Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari rasio perdagangan internasional terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia di 2018 yang mencapai 43,02%.
Mendorong perdagangan internasional, lanjut dia, tidak hanya akan berdampak pada neraca perdagangan secara umum, tetapi akan berdampak positif pada kinerja industri di dalam negeri dan iklim investasi di Tanah Air.
Baca Juga: DPR Usul Cetak Uang Rp600 T, Rizal Ramli: Permainan Bahaya!
Kinerja industri yang positif tentu akan berkontribusi pada tingkat ketenagakerjaan dan juga daya beli masyarakat. Sementara itu, iklim investasi yang kondusif akan membantu masuknya investasi ke dalam negeri yang kelak akan menggerakkan industri.
"Efek domino ini sangat penting untuk menekan angka kemiskinan karena pandemi Covid-19 diperkirakan akan menambah angka kemiskinan sebesar 1,3 hingga 8,5 juta. Prediksi ini mencerminkan adanya kemungkinan naiknya persentase kemiskinan dari 9,2% menjadi 9,7%, bahkan hingga mencapai 12,4% di skenario terburuk," kata Felippa dalam diskusi di Jakarta, Rabu (6/5/2020).
Namun demikian, menurut dia, mengintensifkan perdagangan luar negeri juga perlu diikuti sederet perubahan pada kebijakan perdagangan Indonesia yang cenderung proteksionis. Trade Barrier Index 2019 mencatat perdagangan Indonesia masih lebih tertutup dibanding negara lain. Indeks ini menempatkan Indonesia di posisi 72 dari 86 negara. Sementara itu, Vietnam ada di posisi 67 dan Malaysia di posisi 55.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: