Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Erdogan Dicap Punya Sikap Mendua Soal Palestina dan Israel, Seperti Apa?

Erdogan Dicap Punya Sikap Mendua Soal Palestina dan Israel, Seperti Apa? Kredit Foto: Foto/Reuters
Warta Ekonomi, Yerusalem -

Media Arab Saudi mengkritik sikap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait Palestina dan Israel, tulis ArabNews dalam penjelasannya. 

Presiden Erdogan pada satu sisi mengulangi segala kecamannya atas pendudukan dan aneksasi Israel di Palestina. Namun, pada sisi lain, Erdogan mengizinkan maskapai penerbangan Israel, El Al, untuk melanjutkan penerbangan kargo antara Tel Aviv dan Istanbul.

Baca Juga: Tegas, Erdogan Nyatakan Tak Ada yang Bisa Rebut Tanah Palestina karena...

Penerbangan semacam itu, tulis ArabNews, dalam 10 tahun pertama mendarat di Istanbul pada Minggu (24/5/2020) pagi. Tujuannya, untuk mengambil bantuan kemanusiaan dan peralatan pelindung bagi tim medis AS yang memerangi pandemi coronavirus.

Ketika pesawat mendarat, Erdogan mengirim pesan kepada Muslim AS menyatakan kembali dukungannya terhadap hak-hak Palestina di Yerusalem dan penolakannya terhadap penindasan Israel.

"Minggu lalu kami menyaksikan bahwa proyek pendudukan dan aneksasi baru, yang tidak menghormati kedaulatan Palestina dan hukum internasional, dilaksanakan oleh Israel," kata Erdogan.

"Saya ingin menegaskan kembali bahwa Al-Quds Al-Sharif, situs suci tiga agama dan kiblat pertama kami, adalah garis merah untuk semua Muslim di seluruh dunia."

Pemerintah persatuan baru Israel yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz diperkirakan segera bergerak untuk mencaplok tanah Tepi Barat dan Lembah Jordan.

Seperti dilaporkan Arab News pada bulan ini, Turki saat ini dalam pembicaraan kontroversial dengan Israel mengenai perbatasan laut yang saling menguntungkan di Mediterania. 

"Erdogan berusaha melakukan tindakan penyeimbangan politik yang berisiko," kata para analis kepada Arab News.

"Saya pikir Turki berusaha untuk menciptakan hubungan ekonomi dengan Israel karena manfaat politik dari blokade dan isolasi telah melemah," kata Ryan Bohl, seorang analis Timur Tengah di perusahaan risiko geopolitik Stratfor.

Tetapi pada saat yang sama, mereka ingin mempertahankan beberapa tradisi simpati untuk Palestina tetap hidup bagi para pendukung yang tersisa yang masih menghargai masalah ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: