Institut Kesehatan Masyarakat Belanda menyebut, tingkat infeksi turun di bawah 1,0. Sehingga, kebijakan pelonggaran diambil setelah jumlah kasus positif di Belanda mencapai 45.578 kasus.
Begitu pula Korea Selatan. Melakukan pelonggaran, setelah berhasil menurunkan tingkat infeksi baru secara signifikan hanya 40 orang.
"Belajarlah dari negara-negara lain, yang sudah melonggarkan pembatasan. Pemerintah harus mampu menekan penularan Covid-19 terlebih dahulu, di bawah tingkat infeksi 1,0. Pemerintah juga harus mempersiapkan segala protokoler. Agar Covid-19 dapat teratasi meski, dlakukan pelonggaran PSBB," papar Syarief.
Baca Juga: Langsung Semangat Dengar Mal Bakal Dibuka, Lippo Klaim Siap Terapkan Protokol Kesehatan
"Perlu diingat pula bahwa pemerintah terlambat melakukan PSBB, sehingga hasilnya pun memerlukan waktu. Bukan dalam waktu yang singkat ini. Sekali lagi, jangan mengorbankan kesehatan rakyat," tandas Syarief.
Seandainya pemerintah tetap akan memberlakukan pelonggaran PSBB, Syarief menekankan pentingnya jaminan bahwa tidak akan terjadi peningkatan korban infeksi baru. Berarti, korban yang sembuh harus semakin meningkat secara signifikan. Begitu juga kasus meninggal. Harus semakin kecil, atau mendekati nol.
"Bila ada jaminan bagi rakyat, berarti pemerintah telah bekerja sesuai amanat yang ditetapkan oleh konstitusi UUD 45," tegasnya.
China melakukan unlock, setelah kasus positif mencapai 82.992 kasus dan kasus sembuh mencapai 78.277 kasus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: