Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sepertiga Janda di Australia Jatuh Miskin di Kala Pandemi Virus Corona

Sepertiga Janda di Australia Jatuh Miskin di Kala Pandemi Virus Corona Kredit Foto: Getty Images

Kondisi terburuk

Lebih dari sepertiga "single mother" di Australia atau 37 persen kini hidup dalam kemiskinan, menurut laporan baru dari Dewan Layanan Sosial Australia (ACOSS).

Laporan yang menganalisis data biro statistik (ABS) dari tahun 2017-2018 ini menyebutkan rumah tangga di mana perempuan sebagai pencari nafkah utama, berisiko lebih besar hidup dalam kemiskinan.

Kesenjangan itu bahkan lebih besar lagi bagi keluarga "single mother" yang memiliki anak-anak.

Disebutkan, 23 persen rumah tangga di mana perempuan adalah pencari nafkah, hidup dalam kemiskinan, dibandingkan dengan 10 persen rumah tangga yang pencari nafkah utamanya adalah laki-laki.

"Risiko di tengah pandemi saat ini yaitu para perempuan ini yang akan terdampak pertama kali dan paling buruk," kata CEO ACOSS Jacqueline Phillips.

Phillips mengatakan, jika nantinya tunjangan COVID-19 dihentikan dan tunjangan reguler dikembalikan ke tingkat sebelum pandemi, maka kaum perempuan akan sangat terpukul.

"Jika kebijakannya tidak tepat, kita akan mengalami penurunan partisipasi kerja perempuan, yang tentunya memprihatikan," jelasnya.

"Akibatnya kita juga akan melihat peningkatan kemiskinan di kalangan perempuan dan anak-anak mereka," tambahnya.

Perempuan Australia lainnya, Caryn Hearsch mengaku uang tambahan yang diterima selama pandemi ini membantu melunasi tagihan-tagihannya.

"Selama beberapa pekan ke depan, sudah aman. Semua tagihan saya akan terbayar," katanya.

Perempuan berusia 63 tahun ini kehilangan pekerjaannya sebagai sekretaris sekitar tujuh tahun lalu.

Dia sudah melamar sejumlah pekerjaan tapi belum berhasil dan kini masih memiliki dua tahun sebelum memasuki usia pensiun.

Sebelum COVID-19, sebagian besar tunjangan yang dia terima digunakan untuk membayar cicilan rumah sebesar AU$860 per bulan.

Ia membayar cicilan kredit itu dari tunjangan AU$540 yang dia terima setiap dua minggu, sisanya ia gunakan untuk keperluan lainnya.

Caryn mengaku bergantung pada kerabatnya untuk membawakan makanan. Dia bahkan menjual barang-barangnya di pasar akhir pekan dan di jejaring sosial.

Meski sulit, namun dia mengaku sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu.

Bagi warga Australia yang kini kehilangan pekerjaan, hidup dari tunjangan sosial sangat memprihatinkan, apalagi jika tunjangan tambahan terkait COVID-19 nantinya dihentikan.

"Saya khawatir dengan mereka yang baru menganggur dan mendapatkan tunjangan AU$1,100 per dua minggu," kata Caryn.

"Jika dalam dua atau tiga bulan tunjangan tambahan itu dihentikan dan hanya menerima AU$540, apa yang akan terjadi dengan mereka," tambahnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: